Intinya anggota Basarnas tidak boleh gegabah juga untuk langsung terjun ke lokasi

Jakarta (ANTARA) - Kepala Basarnas Kusworo mewajibkan seluruh anggota dari 43 Kantor SAR yang tersebar di seluruh daerah, untuk melakukan observasi kondisi lapangan sebelum melaksanakan operasi pencarian dan pertolongan (Search and Rescue/SAR) terhadap korban terdampak bencana yang dilaporkan.

"Saya memahami dalam diri anggota di lapangan tumbuh sikap heroisme karena berpakaian oranye ini, menjalankan tugas negara, dan terlatih, sehingga kerap menyampingkan prosedur yang ada, itu tadi observasi maka saya ingatkan betul tentang ini," kata dia saat ditemui dalam rapat Koordinasi Operasi SAR di Jakarta, Rabu.

Basarnas memiliki setidaknya tujuh prosedur dalam prinsip quick action untuk sebelum dan sesudah melakukan operasi pencarian dan pertolongan terhadap individu yang menjadi korban bencana alam maupun nonalam seperti kecelakaan transportasi.

Prosedur tersebut antara lain mulai dari seperti Basarnas melayani semua laporan dalam waktu 24 jam, menganalisis laporan (menggali sebanyak-banyaknya informasi dari pelapor terkait lokasi-jam kejadian-jumlah korban), observasi lokasi kejadian bencana melalui peta kontur atau udara menggunakan pesawat drone, merencanakan operasi SAR (merancang kekuatan dan spesifikasi keahlian anggota, peralatan penunjang operasi).

Kemudian merespons cepat untuk terjun ke lokasi kejadian dengan standar waktu tempuh yakni rata-rata 25 menit pergerakan darat, pergerakan kapal medan perairan sungai maupun laut rata-rata 37,04 kilometer per jam (20 knot), dan pergerakan pesawat atau helikopter 222,24 kilometer per jam (120 knot).

Selanjutnya melakukan pemantauan selama masa operasi dilakukan secara berkelanjutan termasuk mengevaluasinya setiap hari, dan terakhir Kepala Kantor SAR bertanggungjawab penuh terhadap seluruh komponen dalam operasi pencarian dan pertolongan di dalam wilayahnya itu.

"Intinya anggota Basarnas tidak boleh gegabah juga untuk langsung terjun ke lokasi. Ingat, tahun ini ada lima anggota Basarnas yang gugur saat sedang tugas kita tidak ingin hal ini berulang," kata dia mengingatkan.

Basarnas menyakini bahwa dengan mempedomani prosedur tersebut maka pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan terhadap korban bencana di daerah bisa berjalan secara efektif dan efisien karena semua sudah teranalisa secara sistematis.

Kusworo mencontohkan peran penting dari observasi dan asesmen ini dapat dilihat dalam pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan terbaru yakni terhadap korban bencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Pihaknya menerima laporan 12 orang korban hilang dalam peristiwa bencana hidro-meteorologi tersebut, dimana 10 orang di antaranya berhasil ditemukan dan jasadnya berhasil dievakuasi untuk diserahkan kepada pihak keluarga, dan dua korban di antaranya dinyatakan hilang meski sudah berusaha secara penuh sampai operasi SAR ditutup karena minim informasi terkait keberadaan korban saat bencana terjadi juga ditambah kondisi cuaca yang tidak memungkinkan.

"Ini menjadi bahan evaluasi untuk semuanya," kata dia.

Baca juga: Basarnas pertebal personel di tujuh gunung api berstatus awas - siaga

Baca juga: Basarnas siap siarkan secara langsung operasi SAR korban bencana

Baca juga: Di DPR, Basarnas ungkap potensi besar relawan SAR Indonesia

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024