Jakarta (ANTARA) - Penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukkan bahwa implementasi kontrol injeksi bahan bakar alternatif dapat meningkatkan efisiensi sekaligus mengurangi emisi secara signifikan yang dihasilkan dari mesin kendaraan.
Riset tersebut dilakukan oleh Peneliti di Pusat Riset Mekatronika Cerdas BRIN Yanuandri Putrasari. Hasil riset didapatkan melalui strategi kontrol injeksi yang digunakan adalah pengaturan waktu, durasi, dan jumlah bahan bakar yang diinjeksikan pada tiap-tiap modelnya.
“Dengan bahan bakar biodiesel, total emisi hidrokarbon dapat diturunkan sampai 0,5 gram per kilowatt hour. Pada bahan bakar dimetil ether, total hidrokarbon turun mencapai 3 gram per kilowatt hour. Pada bahan bakar natural gas, emisi karbon monoksida terendah mencapai 0,5 persen. Dan dengan bahan bakar hidrogen, emisi NOx turun hingga 10 ppm,” kata Yanuandri dalam orasi ilmiahnya di Jakarta, Rabu.
Yanuandri mengatakan bahwa teknologi injeksi sudah sangat maju, namun pemanfaatan pada bahan bakar alternatif dinilai kurang efektif mengingat bahan bakar alternatif memiliki karakteristik yang berbeda. Ketika hanya menggunakan injeksi mekanik, alih-alih mengurangi emisi, justru pembakaran menjadi tidak sempurna dan emisi meningkat.
Dengan penggabungan teknologi kontrol injeksi yang canggih dan bahan bakar alternatif, ia mengatakan bahwa upaya ini dapat mewujudkan kendaraan yang ramah lingkungan. Hal ini, ujar Yanuandri, penting dalam mengurangi jejak karbon di bidang industri dan transportasi sehingga target keseluruhan net zero emission (NZE) dapat tercapai dengan baik.
Menurutnya, peluang untuk menerapkan hasil penelitian terkait sistem bahan bakar, khususnya kontrol injeksi bahan bakar alternatif, untuk mendukung NZE sangat besar, baik di kendaraan maupun di pembangkit atau industri lainnya.
Hal ini didukung dengan banyaknya ketersediaan bahan bakar alternatif di Indonesia, namun belum termanfaatkan secara optimal karena sistem bahan bakar yang digunakan masih konvensional.
“Untuk itu, peran riset dan inovasi di bidang kontrol injeksi bahan bakar alternatif sangatlah penting diterapkan di Indonesia. Di samping itu, industri otomotif pun sudah sangat siap, baik infrastruktur maupun sumber dayanya,” kata Yanuandri.
Meski terdapat peluang, penerapan kontrol injeksi bahan bakar alternatif juga memiliki sejumlah tantangan salah satunya yaitu kurangnya penguasaan model menggunakan bantuan kecerdasan buatan (AI). Di samping itu, diperlukan juga optimalisasi sistem yang berupa multi-input dan multi-output dengan kontrol predictive model.
“Tantangan selanjutnya adalah ketersediaan komponen elektronik yang masih bergantung pada produk impor. Belum lagi perkembangan kendaraan listrik yang diklaim lebih ramah lingkungan dibanding bahan bakar alternatif, meskipun regulasi terkait insentif pengurangan karbon sudah diterapkan di Indonesia walaupun implementasinya belum optimal,” jelas Yanuandri.
Baca juga: BRIN paparkan capaian empat profesor riset BRIN yang baru dikukuhkan
Ia menyimpulkan bahwa penelitian ini telah menunjukkan bahwa sangat mungkin dihasilkan mesin yang sepenuhnya fleksibel dalam penggunaan semua jenis bahan bakar. Menurutnya, hal ini juga perlu didukung oleh kebijakan solusi teknologi yang menyeluruh.
“Kebijakan yang memihak pada satu solusi teknologi mungkin sangat tidak efisien, dan bahkan mungkin merupakan solusi yang salah. Jika kebijakan teknologi pemerintah menyeluruh, maka preferensi masyarakat akan mengikutinya,” ujar dia.
Pada Rabu, Yanuandri resmi dikukuhkan menjadi profesor riset baru di BRIN. Pengukuhan ini diikuti bersama ketiga periset lainnya pada bidang berbeda yaitu Ocky Karna Radjasa dengan kepakaran mikrobiologi laut, Danang Surya Candra dengan kepakaran teknologi pengolahan data awal penginderaan jauh, serta Andri Hardiansyah dengan dengan kepakaran nanomaterial fungsional.
Baca juga: Waka BRIN sebut akselerasi riset kini lebih cepat sejak integrasi
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024