Tokyo (ANTARA News) - Ekonomi Jepang menyusut lebih jauh dari perkiraan awal dalam tiga bulan, April hingga Juni, sehingga memberi tekanan pada bank sentral untuk bertindak dan pemerintah untuk menunda kenaikan pajak lainnya.

Kantor Kabinet, Senin, melaporkan produk domestik bruto menyusut 1,8 persen pada kuartal April-Juni, lebih buruk dari perkiraan penurunan sebelumnya sebesar 1,7 persen.

Statistik terbaru menegaskan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu telah mengalami penurunan kuartalan paling tajam sejak bencana gempa dan tsunami pada 2011.

PDB mengalami kontraksi 7,1 persen pada basis tahunan, turun dari 6,8 persen di perkiraan awal, angka terburuk sejak kuartal Januari-Maret 2009 di tengah krisis keuangan global.

Pada April, untuk pertama kalinya dalam 17 tahun, Jepang menaikkan pajak penjualan.

Sebelumnya perekonomian telah berada pada tren kenaikan karena Perdana Menteri Shinzo Abe berupaya mendorong pertumbuhan dengan program kebijakan yang dijuluki Abenomics. Yen pun melemah, namun di sisi lain mengangkat profitabilitas pengekspor dan mendorong reli di pasar saham tahun lalu.

Sebuah kampanye pelonggaran moneter besar oleh bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), merupakan landasan program.

Angka-angka yang lemah dapat memaksa Tokyo untuk menilai kembali kenaikan pajak lainnya yang direncanakan pada tahun depan, sebuah langkah yang bertujuan untuk mencari sumber pendapatan baru guna memperkecil utang nasional yang besar.

(Uu.A026)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014