Tahun lalu, CDC 2023 berhasil menarik 248 peserta dari sekitar 50 negara. Tahun ini, kami berharap penyelenggaraan CDC bisa memberikan solusi yang lebih konkret terkait perdagangan karbon dan juga digitalisasi,
Jakarta (ANTARA) - Indonesia mempunyai kapasitas dan kemampuan yang besar dalam mengelola emisi karbon sehingga berpeluang menjadi pemain kunci pasar karbon dunia, kata Ketua Dewan Pembina Indonesia Digital Carbon Association (IDCTA) Bambang Soesatyo.
“Pemerintah juga telah mengeluarkan sejumlah regulasi terkait perdagangan karbon, antara lain Peraturan Presiden Nomor 08/2021 dan Peraturan OJK Nomor 14/2023 yang mengatur perdagangan karbon melalui pasar karbon," kata Bambang terkait penyelenggaraan "Carbon Digital Conference 2024" sebagaimana keterangan diterima di Jakarta, Kamis.
Menurut Bambang, potensi pasar karbon di Indonesia sangat besar. Ia menjabarkan Indonesia juga berkontribusi pada Pasar Karbon Sukarela (Voluntary Carbon Market/VCM) Asia hingga 15 persen atau 31,7 metrik ton setara karbondioksida (CO2e) dengan estimasi nilai transaksi offset karbon sebesar 163 juta dolar AS.
Ketua Indonesia Digital Carbon Association (IDCTA) Riza Suarga mengungkapkan perhelatan Carbon Digital Conference 2024 tahun ini diharapkan bisa membantu seluruh pengambil keputusan dalam menerapkan perdagangan karbon di Indonesia.
“Tahun lalu, CDC 2023 berhasil menarik 248 peserta dari sekitar 50 negara. Tahun ini, kami berharap penyelenggaraan CDC bisa memberikan solusi yang lebih konkret terkait perdagangan karbon dan juga digitalisasi,” kata Riza.
Riza menjelaskan, bahwa CDC 2024 menggali lebih dalam mengenai perpaduan antara kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Internet of Things (IoT), dan pasar karbon.
Menyadari pentingnya teknologi-teknologi ini, CDC juga membahas integritas proyek-proyek karbon sembari menjajaki jalan baru untuk pertumbuhan yang berkelanjutan.
Berdasarkan data pemerintah, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi penyedia kredit karbon berbasis alam dengan mekanisme offset mencapai 1,3 giga ton CO2e senilai 190 miliar dolar AS.
Mantan Menteri Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar mengungkapkan, pasar karbon harus dimanfaatkan dengan seoptimal mungkin oleh Indonesia. Karena, jika tidak, maka pihak lain yang akan memanfaatkan keuntungan dari pasar karbon.
Merujuk data Bursan Karbon atau IDX Carbon per awal Desember 2024, nilai perdagangan karbon sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 22 November 2024 mencapai Rp50,4 miliar dengan volume perdagangan mencapai 906.440 ton setara karbon dioksida (tCO2e) dengan harga karbon per ton mencapai Rp58.800.
Pada awal perdagangan ada 16 peserta dan per 22 November 2024 sudah ada 94 partisipan perdagangan karbon atau meningkat 487 persen.
Adapun proyek yang terdaftar menurunkan emisi karbon di antaranya Lahendong Unit 5 dan 6 yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy Tbk.
Kemudian dua proyek PLN yakni pembangunan pembangkit listrik baru berbahan bakar gas bumi PLTGU Blok 3 dan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Air Mikrohidro Gunung Wugul di Banjarnegara, Jawa Tengah.
Setiap tahun proyek energi pemerintah tersebut dicatat penurunan jumlah unit karbonnya oleh lembaga validasi dan verifikasi.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024