Harapannya ketika fasilitas Observatorium Timau itu siap, itu jadi wadah untuk periset mencari tahu kebaruan-kebaruan yang memang sebelumnya belum sepenuhnya tereksplor
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Emanuel Sungging Mumpuni menyebutkan kehadiran Observatorium Nasional Timau di Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) dapat mendukung upaya para peneliti memperkaya pengetahuan bidang antariksa.
"Harapannya ketika fasilitas Observatorium Timau itu siap, itu jadi wadah untuk periset mencari tahu kebaruan-kebaruan yang memang sebelumnya belum sepenuhnya tereksplor," kata Emanuel dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Ia mencontohkan, saat ini tren riset global mulai mendalami penelitian terkait bintang-bintang mirip seperti matahari. Riset tersebut dilakukan guna membandingkan matahari dengan bintang sejenisnya serta memperkirakan fenomena yang terjadi di masa lalu dan masa depan.
"Bahkan dengan fasilitas-fasilitas baru di dunia ini kita lihat laju penemuan data itu jauh lebih cepat daripada laju teori yang bisa dipakai untuk menjelaskan fenomena. Semakin cepat adanya penemuan-penemuan baru, mempercepat pertumbuhan pengetahuan dan itu harusnya jadi tabungan pengetahuan kita," ujar Emanuel.
Diketahui, Observatorium Nasional Timau dilengkapi teleskop optik berukuran 3,8 meter dan sensor geomagnet untuk pengamatan fenomena antariksa.
"Alat utama yang terbesar adalah teleskop optik dengan diameter 3,8 meter dalam jendela optik untuk studi antariksa jauh atau paling populer dikenal dengan ilmu astronomi," kata Emanuel.
Menurutnya, teleskop optik di observatorium tersebut didesain secara modern dengan menggunakan teknologi cermin segmentasi seperti pada James Webb Space Telescope. Teleskop ini terdiri atas 18 cermin yang digabungkan dengan desain menyerupai kelopak bunga.
Berbekal teknologi canggih, teleskop ini disebut dapat mengamati benda astronomi yang nampak jauh lebih redup apabila diamati dengan mata telanjang.
"Cermin ini bekerja pada jendela dari optik sampai dengan inframerah. Jadi kelebihannya dia bisa melihat benda yang jauh lebih redup daripada kemampuan mata kita," ujarnya.
Selain teleskop, observatorium Gunung Timau juga memiliki sensor geomagnet yang dapat mendeteksi dan mengukur interaksi kemagnetan di luar angkasa seperti badai matahari.
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024