Beijing (ANTARA) - Pesawat-pesawat buatan China yang beraneka ragam terbang di langit China, memanfaatkan peluang pasar baru dan menyuntikkan vitalitas ke dalam ekonomi ketinggian rendah (low-altitude economy) yang sedang berkembang pesat di negara tersebut.

Pesawat baru buatan China mencatatkan langkah besar dengan progres yang intensif, mulai dari model baru pesawat ketinggian rendah hingga skenario pengaplikasian yang inovatif di ketinggian rendah.

AG50 yang telah dimodifikasi, pesawat sport ringan generasi baru di China, berhasil menyelesaikan penerbangan perdana pada Senin (9/12) di sebuah bandara di Jingmen, Provinsi Hubei, China tengah, demikian disampaikan Aviation Industry Corporation of China (AVIC), selaku produsen pesawat terbang terkemuka di negara itu.

Progres ini menandai rampungnya modifikasi AG50 dan masuknya pesawat yang telah dimodifikasi itu ke dalam tahap uji terbang validasi kelayakan udara.

"Kami berupaya mengembangkan jenis pesawat yang terjangkau bagi lebih banyak pelanggan, baik dari segi harga pembelian maupun biaya operasional. Pesawat ini menggunakan bensin mobil biasa sebagai bahan bakar, menjadikannya lebih terjangkau untuk masyarakat," ujar Liu Chong, kepala perancang pesawat itu di Special Vehicle Research Institute yang dinaungi AVIC.

Menurut Liu, pesawat sport ringan itu dapat terbang dengan kecepatan hampir 200 kilometer per jam. Konsumsi bahan bakarnya mencapai sekitar 16 liter per 100 kilometer, menyamai mobil biasa.

Pesawat itu memiliki biaya produksi serta operasional yang rendah dan kinerjanya sebanding dengan biaya yang dikeluarkan, yang dicapai berkat kombinasi bodi material komposit berbiaya rendah, sistem avionik terintegrasi buatan dalam negeri, dan penggunaan bensin mobil.

"Sebagai anggota baru dari sektor pesawat terbang umum buatan China, pesawat AG50 yang telah dimodifikasi itu akan digunakan dalam olahraga dirgantara, operasi pertanian dan kehutanan, pelatihan penerbangan, penerbangan pribadi, dan lebih banyak skenario pengaplikasian di ekonomi ketinggian rendah," imbuh Liu.

Foto yang diambil pada 13 November 2024 ini menunjukkan pesawat AE200 Aerofugia di kawasan ekonomi dataran rendah Airshow China di Zhuhai, Provinsi Guangdong, China selatan. ANTARA/Xinhua/Lu Hanxin

Selan itu, pesawat latihan dasar sipil AG100 yang dikembangkan secara independen oleh China telah resmi beroperasi secara komersial, mengisi kekosongan yang dialami China dalam sektor tersebut. Kemajuan dalam ekonomi ketinggian rendah juga memberikan dorongan bagi perusahaan-perusahaan rintisan (start-up) yang ambisius pada sektor tersebut. Dalam pameran kedirgantaraan di Zhuhai itu, pesawat inovatif yang menyuguhkan konfigurasi baru dan sumber daya energi baru disorot.

Pesawat AG100 tersebut, yang memiliki piston mesin tunggal, dikembangkan oleh China Aviation Industry General Aircraft Co., Ltd. di bawah naungan AVIC. Pesawat ini ditargetkan untuk melayani pelanggan dari berbagai kalangan, seperti sekolah pelatihan pilot dan pilot pribadi.

Ke depannya, berbagai upaya yang berkelanjutan akan dilakukan untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pesawat AG100 dan mempertahankan kesuksesan komersialnya, sehingga mempercepat pengembangan ekonomi ketinggian rendah yang sedang berkembang pesat di China dan industri penerbangan secara umum, ungkap pihak pengembangnya.

Menurut perkiraan, nilai pasar sektor ekonomi ketinggian rendah China akan melonjak dari sekitar 500 miliar yuan (1 yuan = Rp2.194) pada 2023 menjadi 2 triliun yuan per 2030 mendatang.

AVIC mengungkapkan kemajuan dan cetak biru terkininya tentang pengembangan pesawat ketinggian rendah dalam Pameran Penerbangan dan Kedirgantaraan Internasional China (China International Aviation and Aerospace Exhibition) ke-15 yang diselenggarakan pada pertengahan November di Zhuhai, Provinsi Guangdong, China selatan.

AVIC berkomitmen untuk memfokuskan diri pada pengembangan pesawat ketinggian rendah nirawak yang bertenaga listrik dan cerdas. Perusahaan itu juga akan memperluas skenario pengaplikasian dan mendorong kemajuan yang solid dalam hal ekosistem industri ketinggian rendah.

Foto ini menunjukkan pesawat latih utama sipil AG100 di pangkalan pelatihan pilot Akademi Penerbangan Aviation Industry Corporation of China (AVIC) di Wuzhou, Daerah Otonomi Guangxi Zhuang, China selatan, 27 November 2024. ANTARA/Xinhua/HO-AVIC

Kemajuan dalam ekonomi ketinggian rendah juga memberikan dorongan bagi perusahaan-perusahaan rintisan (start-up) yang ambisius pada sektor tersebut. Dalam pameran kedirgantaraan di Zhuhai itu, pesawat inovatif yang menyuguhkan konfigurasi baru dan sumber daya energi baru disorot

Aerofugia, anak perusahaan dari raksasa produsen mobil listrik China Geely Auto, meluncurkan versi produksi batch dari pesawat eVTOL tilt-rotor berawaknya, AE200, di pameran kedirgantaraan di Zhuhai tersebut.

Peluncuran itu mengonfirmasi bahwa jenis pesawat ketinggian rendah yang dikembangkan oleh China tersebut telah beralih dari penelitian ilmiah menuju tahap produksi massal. AE200 dijadwalkan akan memulai penerbangan verifikasi berawak pada 2025.

"Kita harus menyambut baik era pesawat ketinggian rendah yang inovatif ini, yang berkembang bebas," tutur Guo Liang, CEO Aerofugia sekaligus kepala ilmuwan di perusahaan itu, kepada Xinhua dalam sesi wawancara eksklusif di pameran kedirgantaraan tersebut.

"Tidak lama lagi, masyarakat dapat merasakan pengalaman menaiki mobil terbang," ujar Guo.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024