Jakarta (ANTARA News) - Sepiring gulai kepala ikan kakap yang diberi tambahan "bumbu" ketulusan ternyata mampu membangkitkan asa seorang pemuda Papua yang nyaris saja padam. Itulah kepingan yang menjadi inti cerita film "Tabula Rasa".

Film berdurasi 105 menit itu berusaha menyuguhkan betapa makanan menjadi perantara yang memberikan kesempatan pada seseorang berbuat baik pada orang lain walaupun berlatar belakang suku bangsa dan agama yang berbeda darinya.

Dalam film karya sineas muda Adriyanto Dewo ini, dikisahkan, seorang pemuda asal Serui, Papua bernama Hans yang berusaha merengkuh impian di Kota Jakarta sebagai pesepakbola profesional.

Namun sayang, asa itu harus padam saat takdir menetukan lain. Hans didera cedera kaki. Ia pun terpaksa kehilangan impiannya itu.

Di tengah keputusasaan, ia bertemu Mak (diperankan Dewi Irawan), seorang pemilik rumah makan Padang sederhana (lapau). Mak kemudian mengajak Hans ke lapaunya.

Mak lalu memberi Hans sepiring gulai kepala ikan. Tak disangka, gulai kepala ikan dan kebaikan hati Mak membuat Hans sempat tertegun dan perlahan membangkitkan asanya.

Dari situlah, babak baru kehidupan Hans dimulai. Mak yang sejak awal bersimpati pada Hans mempekerjakannya di lapau sebagai buruh serabutan. Namun, kehadiran Hans mendapat penolakan dari Parmanto (Yayu Unru), juru masak lapau dan Natsir (Ozzol Ramdan), pelayan lapau.

Keadaan memburuk ketika di seberang lapau milik Mak berdiri rumah makan Padang baru yang lebih besar. Masalah semakin menjadi saat Mak mengetahui Parmanto hengkang dari lapaunya dan menjadi juru masak di rumah makan Padang baru itu.

Mak dan Natsir yang kehilangan juru masaknya juga harus berjuang menyelamatkan lapau yang sedang sulit karena sepi pengunjung. Sementara Hans yang telah merasa menjadi bagian dari lapau Mak juga tak mau tinggal diam.  

Hingga akhirnya melalui gulai kepala ikan kakap lah muncul senyuman di wajah mereka bertiga bahkan Parmanto sekalipun.  Akankah senyuman itu berarti gulai kepala ikan kakap berhasil menarik kedatangan pengujung ke lapau Mak? Lalu bagaimana dengan nasib Hans?

Sheila Timothy selaku produser Tabula Rasa mengungkapkan, film terbarunya ini merupakan film kuliner pertama di Indonesia yang memasukkan nilai-nilai sosial budaya kuliner dalam cerita.

Di sini, penonton bisa melihat seperti apa masyarakat Minangkabau memasak penganan khasnya seperti rendang dan gulai kepala ikan kakap, mulai dari alat, teknik hingga bumbu-bumbunya. Sekalipun memang tak disuguhkan secara detil.

Sementara itu, ikan ekor kuning yang menjadi penganan khas Papua juga turut disuguhkan dalam film ini dalam satu scene yang dimainkan Jimmy.  

Tabula Rasa akan segera tayang di bioskop pada 25 September mendatang.(*)

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014