... kami juga mengembangkan mesin cetak itu menjadi mesin fotokopi berhuruf Braille... "
Surabaya (ANTARA News) - Tim dari Jurusan Teknik Elektro ITS Surabaya menciptakan mesin cetak (printer) dengan huruf Braille untuk mendukung pendidikan inklusi, yang baru masuk tahap komersial pada 2015.

"Yang jelas, prototipe printer Braille itu masih menggunakan suku cadang setempat sebesar 80 persen dan 20 persen komponen dari China. Tahun depan sudah 100 persen dengan suku cadang dari dalam negeri," kata Juru Bicara Tim Teknik Elektro ITS, Hendra Kusuma, di kampus setempat, Rabu.

Ditemui di sela-sela peluncuran Digital Innovation Lounge (DILo) yang dilakukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, dan Direktur Utama PT Telkom (Tbk), Arief Yahya, ia mengatakan ide pembuatan alat itu berawal dari pengadaan 200 mesin cetak Braille dari Norwegia.

"Bantuan Direktorat PPKLK Dikdas Kemendikbud untuk SLB itu dilakukan pada 1998 dengan pendampingan dan pelatihan dari Tim Norwegia selama lima tahun, namun setelah itu tidak ada pendampingan dan peralatan mulai rusak, padahal harga printer besar Rp2 miliar dan printer kecil Rp1 miliar," katanya.

Setelah itu, PPKLK Dikdas Kemendikbud meminta bantuan ITS mereparasi mesin cetak Braille itu agar tidak mangkrak, karena mesin cetak itu dibeli dari Norwegia dengan utang dan pembayaran belum lunas tapi alatnya sudah rusak.

"Karena berkeliling ke beberapa SLB untuk melakukan reparasi itulah, lalu kami membentuk tim untuk membuat sendiri alat itu, sebab reparasi yang kami lakukan juga masih menggunakan suku cadang beli ke Norwegia dengan harga yang mahal," katanya.

Sejak November 2012, tim ITS mulai melakukan riset hingga akhirnya membuat prototipe printer Braille itu pada tahun ini. "Kami juga sudah menerima pesanan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebanyak empat mesin cetak," katanya.

Ditanya soal harga mesin, ia mengatakan pihaknya mampu mematok harga hanya sepertiga dari mesin buatan Norwegia. "Tahun depan, kami juga mengembangkan mesin cetak itu menjadi mesin fotokopi berhuruf Braille," katanya.

Selain harganya terjangkau dan mesinnya kompatibel dengan komputer terbaru, ia mengatakan fitur dari mesin cetak huruf Braille ini sendiri terletak pada kemampuan mencetak karakter normal Braille sebanyak 400 karakter per detik.

"Kemampuan mencetak maksimum mencapai 42 karakter per baris. Tak hanya itu, mesin cetak ini pun bisa mencetak langsung pada dua sisi kertas atau double sided," katanya, didampingi tiga peneliti utama mesin itu, yaitu Ir Tasripan MT, Dr Tri Arief Sardjono MT, dan Rudy Dikairono ST MSc.

Melihat mesin itu, Nuh yang juga mantan rektor ITS itu mengaku bangga. "Alat itu penting, karena pendidikan juga harus berpihak kepada saudara-saudara kita yang berkebutuhan khusus," katanya.

Pewarta: Edy M Ya'kub
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014