Seoul (ANTARA News) - Media pemerintah Korea Utara, Sabtu, mengatakan perundingan tingkat pejabat tinggi dengan Seoul nyaris dibatalkan akibat peluncuran selebaran anti-Pyongyang dari Korea Selatan, yang memicu bakutembak di perbatasan tegang itu.

Kedua Korea sepekan lalu berusaha memulai kembali dialog resmi tingkat pejabat tinggi, yang terhenti tujuh bulan, yang menimbulkan harapan bagi pencairan hubungan mereka.

Tetapi kedua Korea terlibat baku tembak di perbatasan mereka Jumat, yang dipicu oleh tindakan militer Korut yang berusaha menembak jatuh balon-balon yang membawa selebaran-selebaran yang diluncurkan oleh para pegiat dari Korsel.

Beberapa peluru jatuh di dalam perbatasn Korsel, yang kemudian ditanggapi dengan tembakan senapan mesin. Tidak ada korban dilaporkan dipihak Korsel, begitu juga Korut.

"Karena tindakan provokatif yang tidak bertangung jawab oleh pemerintah boneka itu, maka pertemuan tingkat pejabat tinggi yang telah direncanakan itu nyaris dibatalkan," kata provider berita Internet resmi Pyongyang Uriminzokkiri.

Akan tetapi pihaknya tidak menutup pintu sama sekali.

"Terserah pada sikap boneka-boneka Korea Selatan apa yang terjadi pada hubungan Korut-Korsel ke depan," tambahnya.

Di Daerah Yeoncheon, sekitar 60 kilometer utara Seoul, penduduk memarkir truk-truk dan traktor-traktor untuk memblokir jalan-jalan menuju ke lokasi para pegiat gunakan untuk meluncurkan selebaran-selebaran itu, kata kantor bertia Korsel Yonhap.

"Kami telah memutuskan untuk menghentikan penyebaran pamplet-pmaplet itu demi keselamatan kami," kata Lim Jae-Gwan,kepala desa Jung yang memimpin blokade itu yang dikutip Yonhap.

Para pegiat itu kemudian pindah ke satu lokasi sekitar 30km selatan ke Daerah Pochon dan berhasil meluncurkan satu dari 15 balon rakssa yang telah mereka persiapkan untuk mengirim selebaran-selaran melintasi perbatasan Korsel meunju Korut.

"Kami secara fisik mencegah mereka meluncurkan balon-balon karena kegiatan-kegiatan eperti itu mungkin dapat menyebabkan penduduk di sini dapat terancam bahaya," kata seorang perwira polisi di Pochon kepada Yonhap seperti dilansir AFP.
(H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014