Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) dan Organisasi Perempuan Muhammadiyah Aisyiyah meluncurkan sekolah inklusif untuk mewujudkan kesetaraan di bidang pendidikan.

"Aisyiyah berperan dalam pendidikan inklusif, terutama yang berbasis masyarakat karena banyak anak-anak menyandang disabilitas dan memang selama ini belum mendapatkan layanan sebagaimana mestinya," kata Mendikdasmen Abdul Mu'ti saat menghadiri Tanwir 1 Aisyiyah periode 2022-2027 di Jakarta, Rabu.

Mu'ti mengemukakan jumlah sekolah luar biasa di Indonesia masih terbatas, bahkan jika dilihat secara data, sekolah luar biasa lebih banyak yang diselenggarakan oleh masyarakat dibandingkan dengan pemerintah.

"Pendidikan inklusif menjadi bagian dari ikhtiar kita bersama untuk membangun komitmen dan mendukung para penyandang disabilitas, atau dalam istilah di Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), para pelajar yang berkebutuhan khusus itu juga memang belum berjalan sebagaimana mestinya," ujar dia.

Baca juga: Menteri PPPA usul ke Kemendikdasmen tugas sekolah tak lagi lewat gawai

Baca juga: BRIN: Tak semua keluarga siap mendidik anak jika Ramadhan diliburkan

Ia menegaskan, Kemendikdasmen dengan Aisyiyah bekerja sama khususnya di bidang-bidang pendidikan anak usia dini dan dalam pendidikan inklusif, sehingga dapat menyukseskan ikhtiar bersama untuk memberikan layanan pendidikan yang bermutu bagi semua.

"Aisyiyah menjadi mitra penting kami, terutama dalam kaitan dengan visi besar Kemendikdasmen yaitu pendidikan bermutu untuk semua. Dengan visi ini, kami berusaha untuk memberikan layanan pendidikan kepada seluruh anak Indonesia dalam memenuhi hak konstitusional warga negara untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu," tuturnya.

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Salmah Orbayinah memaparkan berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2022 Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata lama sekolah penduduk perempuan 15 tahun ke atas lebih rendah dibanding laki -laki, yakni 8,87 tahun berbanding 9,28 tahun.

"Data tersebut menunjukkan perempuan masih menghadapi tantangan seperti pernikahan dini, penghapusan sekolah, dan stereotip gender yang menghambat mereka untuk meraih pendidikan yang setara dengan laki-laki. Di samping itu, masih dalam sektor pendidikan ada ketimpangan pendidikan di wilayah perkotaan dan pedesaan yang masih tinggi," kata Salmah.

Untuk itu, di bidang pendidikan, Aisyiyah sebagai pihak yang mengawali pendidikan anak usia dini di Indonesia terus menguatkan langkahnya dalam memberikan pendidikan yang berkualitas dan inklusif bagi seluruh anak bangsa, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga perguruan tinggi.

"Aisyiyah terus mensyiarkan nilai-nilai keadilan dan keagamaan dengan dakwah yang santun dan ramah, bahwa agama hadir membawa keadilan, kedamaian dan membawa maslahat bagi seluruh alam," ujar dia.*

Baca juga: Mendikdasmen: Pendisiplinan jangan menentang nilai pendidikan

Baca juga: Mendikdasmen: Keputusan libur Ramadhan dibahas lintas kementerian

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025