Piazza Firenze Garut bukan sekadar tempat bisnis, tetapi juga menjadi katalisator bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat Garut, khususnya melalui sektor koperasi.

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono menyebut, keberadaan gedung Piazza Firenze Garut menjadi wadah branding produk kulit khas Garut, bukan sekadar untuk mengembangkan bisnis, tapi bisa juga untuk mengembangkan komunitas hingga pemberdayaan masyarakat melalui koperasi.

"Piazza Firenze Garut bukan sekadar tempat bisnis, tetapi juga menjadi katalisator bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat Garut, khususnya melalui sektor koperasi," kata Wamenkop dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Ferry meyakini, melalui tempat ini para pelaku koperasi di Garut diharapkan semakin terdorong berinovasi dan meningkatkan kualitas produk sehingga, mereka dapat bersaing di pasar yang lebih luas.

Dalam catatan Wamenkop, dari total 70 ribu ton produk kulit nasional, 25 persen merupakan produk dari Garut. Di dalamnya, ada sekitar 284 industri penyamakan kulit dan 380 industri nonpenyamakan (koperasi- koperasi), serta melibatkan lebih dari satu juta orang yang bekerja di industri kulit di Garut ini.

"Oleh karena itu, Kemenkop akan memberikan bantuan alat pengolahan limbah di industri kulit ini. Karena, soal limbah ini sudah menjadi isu strategis di luar negeri. Tujuannya, agar produk kulit kita bisa diterima pasar internasional. Dan kita sudah menemukan teknologinya berharga murah," ujarnya pula.

Selain itu, Wamenkop juga mendorong Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUMKM (LPDB-KUMKM) untuk memberikan perkuatan permodalan bagi Koperasi Artisan Kulit Indonesia sebagai pengelola gedung.

"Kemenkop mendapat tambahan anggaran sebesar Rp10 triliun untuk dikelola LPDB-KUMKM dalam mengembangkan koperasi-koperasi produktif di sektor riil, yang salah satunya adalah Koperasi Artisan Kulit Indonesia," katanya.

Ketua Koperasi Artisan Kulit Indonesia Poppy Dharsono menegaskan bahwa langkahnya tidak hanya berhenti pada perbaikan kualitas produk, tapi juga memiliki visi untuk mengangkat Garut sebagai destinasi eco-tourism city.

Untuk itu, ia berharap dukungan para tokoh nasional dan para pegiat industri kreatif untuk membangun kembali citra Garut, seperti satu abad lalu saat Garut dikenal sebagai salah satu destinasi favorit selebriti internasional, seperti Charlie Chaplin.

Untuk memperkuat pondasi desain di gedung ini, kata dia lagi, beberapa perancang kelas dunia juga diundang untuk memberikan pelatihan, salah satunya adalah Christian, seorang desainer asal Prancis yang pernah bekerja di Hermes.

Kehadirannya diharapkan dapat membimbing para perajin lokal untuk menghasilkan produk kulit yang lebih berkualitas dan memiliki ciri khas tersendiri.

Adapun gedung ini juga menyediakan workshop di lantai dua, pengunjung bisa melihat langsung proses produksi kerajinan kulit.

Di tempat ini juga akan digelar berbagai kegiatan edukatif, yang tidak hanya ditujukan untuk pengunjung dewasa, tetapi juga untuk anak-anak sekolah agar mereka lebih mengenal dan mencintai kerajinan kulit sejak dini.

Baca juga: Masker kulit dari Garut mulai diminati pasar sejak darurat COVID-19

Baca juga: Menkop UKM harapkan kerajinan kulit Garut bisa bertaraf dunia

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025