Jember (ANTARA News) - Produser dan sutradara film Garin Nugroho menamakan pengelolaan hidupnya sebagai "manajemen nasi campur".

"Nasi campur itu tidak memerlukan aturan yang rumit, termasuk cara memakannya harus menggunakan sendok dan garpu," kata Garin pada seminar film Indonesia sebagai industri kreatif di Fakultas Sastra Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, Kamis.

"Mau dimakan nasi dulu boleh. Demikian juga campurannya boleh apa saja, kangkung boleh. Saya gunakan manajemen nasi campur itu dalam banyak segi kehidupan saya," kata Garin.

Manajemen nasi campur itu, kata dia, sama juga dengan tanaman tumpang sari.

Dalam sistem tumpang sari, petani bisa memanen tanaman sesuai keinginan dan tidak harus sekaligus.

"Ada yang panen satu minggu, ada yang satu bulan. Demikian juga saya. Saya membuat (film) iklan agar bisa cepat panen, kayak tumpang sari. Nulis di koran juga agar bisa panen tiga minggu sekali. Kalau seminar kayak begini kan tidak tentu," katanya tersenyum.

Pria kelahiran Yogyakarta pada 6 Juni 1961 juga mengaku kemampuan Bahasa Inggrisnya tidak sebagus yang disangka orang.

"Anak saya bilang, Bahasa Inggris saya itu, salah paham. Bahasa Inggris saya itu salah-salah, tapi orang lain paham,"

Penulis buku "Opera Sabun SBY: Televisi dan Komunikasi Politik" itu, mengemukakan hanya dua kata atau dua kalimat dalam Bahasa Inggris yang ia andalkan jika berinteraksi dengan insan film dari luar negeri.

"Cuma tahunya dua, yaitu any question? dan its okay. Biasanya setelah saya tanya any question? tidak ada yang bertanya, ya sudah saya anggap selesai," katanya disambut tawa mahasiswa Program Studi Televisi dan Film (PSTF) Fakultas Sastra Unej dan insan film di Jember.

Oleh Masuki M Astro
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014