Johannesburg (ANTARA) - Afrika Selatan berharap Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan berkunjung ke negara tersebut akhir tahun ini untuk menghadiri KTT G20 yang akan mereka selenggarakan, ujar Juru Bicara Kepresidenan Vincent Magwenya dalam konferensi pers pada Rabu (5/2).

Afrika Selatan secara resmi memangku jabatan presiden G20 pada Desember, menjadi negara Afrika pertama yang memimpin kelompok negara-negara berpengaruh tersebut.

“Kami masih berharap Presiden Trump akan berkunjung ke Afrika Selatan menjelang KTT G20, saat putaran akhir kedatangan para kepala negara,” kata Magwenya kepada wartawan di Cape Town.

Magwenya menambahkan bahwa Presiden Cyril Ramaphosa tetap berkeinginan untuk menyambut Trump dalam kunjungan kenegaraan, dan mereka berharap kedua pemimpin akan memiliki waktu untuk bermain golf bersama.

Kunjungan tersebut diharapkan menjadi kesempatan bagi kedua pemimpin untuk berdiskusi mengenai berbagai isu, baik yang bersifat bilateral maupun yang menjadi kepentingan bersama.

“Kami terus mendorong Presiden Ramaphosa agar meluangkan lebih banyak waktu untuk mengasah ayunan golfnya dan kembali ke ritme permainan, sehingga ketika ia mengajak Presiden Trump bermain satu putaran golf, ia bisa memberikan permainan yang layak,” ujar Magwenya.

Namun, ia tidak memberikan kepastian kapan Ramaphosa akan berbicara langsung dengan Trump, terutama setelah ancaman terbaru dari Presiden AS yang mengancam akan menghentikan bantuan kepada ekonomi paling maju di Afrika itu akibat kebijakan baru mengenai pengambilalihan tanah.

Pada Minggu (2/2), Trump mengancam akan menghentikan bantuan luar negeri untuk Afrika Selatan.

Dalam unggahannya di Truth Social, ia menuduh bahwa "Afrika Selatan sedang menyita tanah dan memperlakukan kelompok tertentu dengan SANGAT BURUK... Ini merupakan pelanggaran HAM besar yang terjadi secara terang-terangan."

Ramaphosa membantah tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa Afrika Selatan sama sekali tidak menyita tanah secara paksa.

“Undang-Undang Ekspropriasi yang baru disahkan bukanlah alat untuk penyitaan tanah, melainkan proses hukum yang diamanatkan oleh konstitusi guna memastikan akses publik terhadap lahan secara adil dan merata sesuai dengan pedoman konstitusi,” jelas Ramaphosa dalam pernyataan resmi pada Senin (3/2), merujuk pada undang-undang yang disahkan bulan lalu.

Hubungan baik

Magwenya menegaskan bahwa hubungan antara Afrika Selatan dan Amerika Serikat tetap baik.

"AS adalah mitra dagang terbesar kedua kami. Kami memiliki hubungan politik, perdagangan dan budaya yang strategis dan telah berlangsung lama," katanya.

Dia mengatakan Afrika Selatan menghormati hubungannya dengan AS, dengan mencatat bahwa "ini adalah hubungan yang saling menguntungkan dan akan terus saling menguntungkan."

Magwenya mengatakan bahwa dengan mempertimbangkan semua elemen tersebut, penting bagi mereka untuk berupaya menjaga hubungan dan juga mengembangkan serta memperluasnya.

“Kami akan melewati tantangan saat ini. Kami akan mengklarifikasi isu-isu yang perlu diluruskan dan merespons secara cepat terhadap kesalahpahaman mengenai hukum kami,” kata Magwenya.

Pekan ini, Ramaphosa berbicara dengan miliarder AS Elon Musk, yang berasal dari Afrika Selatan, untuk menyampaikan keprihatinannya mengenai penyebaran informasi keliru tentang reformasi lahan yang disuarakan oleh Trump.

Ramaphosa "menegaskan kembali nilai-nilai yang tertanam dalam konstitusi negaranya tentang penghormatan terhadap supremasi hukum, keadilan, kesetaraan, dan keadilan sosial," kata presiden dalam pesan singkat di X setelah berbicara dengan Musk pada Senin (3/2). Musk adalah pemilik X dan sejumlah perusahaan lain.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Afrika Selatan resmi menjabat sebagai Presiden G20

Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025