Medan (ANTARA News) - Eksportir dan petani Sumatera Utara mendukung dan berharap Presiden Joko Widodo benar-benar merealisasikan program rehabilitasi dan peremajaan tanaman coklat atau kakao.

"Janji Presiden Jokowi (Joko Widodo) yang menyatakan kesiapan Pemerintah mengucurkan dana dengan total Rp1,2 triliun selama tiga tahun anggaran sejak 2015 untuk rehabilitasi tanaman kakao menggembirakan," kata Sekretaris Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut, Sofyan Subang di Medan, Minggu.

Alasan dia, tanaman kakao petani seperti juga karet, sawit dan kopi sebagian besar berumur tua.

Umur tua membuat produktivitas tanaman rendah.

Padahal kakao dan komoditas lainnya itu merupakan produk unggulan juga sejak lama.

"GPEI berharap, program itu benar terlaksana dan Sumut juga dapat prioritas utama karena Sumut juga salah satu sentra utama kakao di Indonesia," katanya.

Eksportir komoditas Sumut, Andry anus Simarmata menyebutkan, peminat kakao Sumut masih cukup banyak termasuk Amerika Serikat dan Malaysia.

Sayangnya produksi semakin menurun sehingga eksportir Sumut terpaksa mengambil dari daerah lain untuk menutupi kontrak dagang.

"Jadi program Presiden melakukan rehabilitasi tanaman kakao disambut gembira dan harus didukung," katanya.

Petani kakao Sumut, Rommel Sembiring mengakui semakin berkurangnya produksi kakao.

Selain pengaruh tanaman tua, pengurangan produksi juga dampak masih tingginya serangan penyakit pada pohon dan buah kakao itu.

"Produksi yang turun dan krisis global yang membuat permintaan turun mengkhawatirkan petani," katanya.

Meski harga jual dewasa ini tren bertahan mahal atau Rp29.000 - Rp31.000 per kg, tetapi dinilai hanya sesaat karena sedang terjadi pasokan ketat dampak anomali cuaca.

Presiden Jokowi sendiri, sebelumnya, mengaku melakukan program itu untuk membuat Indonesia sebagai penghasil utama kakao dunia.

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014