Jakarta (ANTARA News) - Film "Senyap" (The Look of Silence) karya Joshua Oppenheimer meraih penghargaan tertinggi Festival Film Dokumenter Internasional di Copenhagen, Denmark, CPH:DOX.

Penghargaan Dox Award diserahkan kepada sutradara pada penutupan CPH:DOX di Copenhagen Jumat malam (14/11) menurut keterangan pers melalui surat elektronik dari sutradara Joshua Oppenheimer, Sabtu.

Kompetisi utama Dox:Award menyeleksi berbagai film dokumenter terbaik dari seluruh dunia. Pemenang tahun ini dipilih oleh juri David David Wilson, Kidlat Tahimik, Laurence Reymond, Lilibeth Cuenca, dan Nelly Ben Hayoun.

Dalam keputusannya dewan juri Dox:Award menyatakan memilih "Senyap" dengan pertimbangan film tersebut mewakili sebuah kerja riset mendalam, penggalian sejarah yang buram, dan menghasilkan sebuah perenungan filosofis tentang ingatan dan kejahatan.

Juri menyatakan penghargaan tersebut diberikan untuk sebuah karya seni yang, diatas segalanya, berhasil membongkar kesenyapan.

Sutradara Joshua Oppenheimer menyebut film "Senyap" sebagai surat cintanya kepada Indonesia.

"Sesuatu yang tak pernah saya bayangkan mungkin terjadi dalam dekade ini. Saya merasa bahwa surat cinta ini semakin nyaring ketika surat itu dibacakan dengan lantang oleh negara kepada khalayaknya, rakyat Indonesia," ujarnya.

Sutradara film "Jagal" (The Act of Killing) itu berharap karyanya bisa membantu terjadinya proses pengungkapan kebenaran, rekonsiliasi, dam pemulihan.

"Semoga nyala semangat itu semakin menerangi babak gelap sejarah Indonesia, sejarah tentang kekerasan oleh manusia kepada manusia, dan menerangi kembali arti kata 'manusia' itu sendiri agar kata itu menjadi sebuah monumen yang selalu siap dipertanyakan," katanya menambahkan.

Oppenheimer juga menyatakan, "Saya berterima kasih kepada Adi Rukun dan keluarganya, yang sejak sepuluh tahun lalu telah mengilhami saya untuk menjelajahi babak gelap dalam sejarah manusia, yang bayang-bayang gelapnya masih menaungi kita sampai hari ini. Karena kalianlah saya membuat karya ini."

"Terima kasih saya sampaikan kepada awak film Indonesia, dan terutama ko-sutradara Anonim yang telah mengubah karirnya, mengambil risiko keselamatan diri untuk membuat dua film dengan kesadaran bahwa sampai akuntabilitas dan keadilan sejati ditegakkan di Indonesia, ia takkan pernah bisa mengakui Jagal dan Senyap sebagai karyanya," ujarnya.

Adi Rukun selaku bintang utama dan pemilik cerita mengemukakan tidak menduga "Senyap" mendapat sambutan yang hangat.

"Saya terharu pada sambutan penonton Indonesia. Sambutan ini, dan penghargaan dari bangsa lain, selalu mengingatkan saya bahwa kita bisa mengetuk hati manusia dan membuat mereka tidak meninggalkan kita sendirian di tengah penindasan," katanya.

Dia juga berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewujudkan janjinya untuk menuntaskan pengusutan dan proses hukum kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu, termasuk pembantaian massal 1965.

"Saya bukan orang berkuasa atau kaya. Saya cuma punya film, harapan, dan janji seorang Presiden. Dan, satu tugas, seperti orang kebanyakan lainnya, untuk mengingatkan Presiden kita supaya menunaikan janjinya," katanya.

"Mudah-mudahan ramainya pemutaran perdana, dan juga penghargaan ini, adalah juga adalah gambaran besarnya perhatian masyarakat Indonesia dan dunia pada persoalan HAM masa lalu. Mudah-mudahan persoalan HAM masa lalu itu bukan cuma jadi masalah korbannya saja."

Anonim selaku asisten sutradara menyebut Adi Rukun seorang pemberani.

"Ia pernah berujar, 'Saya hanya orang yang ingin berhenti takut, dan saya tak ingin anak saya hidup dalam ketakutan yang sama.' Tetapi, bagi saya, hanyalah keberanian yang membuat ia hadir di dalam film dan di atas panggung, menyuarakan kesenyapan para korban dan membuat keheningan itu jadi sebuah bunyi," katanya.

Penghargaan CPH:DOX adalah penghargaan bagi keberanian untuk memecahkan kesenyapan yang telah meneror kita semua selama setengah abad terakhir ini, demikian Anonim.

Pewarta: Priyambodo RH
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014