London (ANTARA News) - Laporan terbaru The Global Slavery Index (GSI) 2014 yang dirilis Walk Free Foundation, di London, Senin, memperkirakan 35,8 juta orang di dunia terjebak dalam praktik perbudakan modern.

Angka itu 23 persen lebih besar daripada indeks tahun lalu berkat metodologi survei yang lebih akurat yakni random-sample survey yang melibatkan Gallup Inc.

"Indeks ini merupakan cerminan terhadap 167 negara di dunia, di mana orang menjadi korban dari para kriminal yang memanfaatkan kesulitan ekonomi dan sosial di negara-negara berkembang," kata Kevin Bales, salah satu peneliti yang terlibat dalam penyusunan GSI 2014.

Dalam indeks diketahui bahwa kawasan Asia Selatan memiliki jumlah korban perbudakan modern yang terbesar, yaitu 17,5 juta orang.

Berikut adalah perkirakan jumlah orang yang menjadi budak dalam ekonomi modern berdasarkan kawasan:

1. Asia Selatan 17.459.900 orang
2. Asia Pasifik Timur 6.082.900 orang
3. Sub-Sahara Afrika 5.619.200 orang
4. Rusia dan Eurasia 2.599.300 orang
5. Timur Tengah dan Afrika Utara 2.178.100 orang
6. Amerika 1.285.000 orang
7. Eropa 566.200 orang

Negara dengan rasio perbudakan yang tertinggi dalam GSI 2014 adalah Mauritania, di mana sekitar 4 persen dari penduduknya terlibat dalam praktik perbudakan modern.

Sementara negara dengan rasio perbudakan modern yang terendah dalam indeks adalah Islandia dan Luxemburg, yaitu sekitar 100 orang di masing-masing negara. Berikutnya adalah Irlandia sekitar 300 orang.

Perbudakan modern adalah praktik bekerja di mana pekerja diperlakukan sebagai properti, dengan kondisi kerja yang sangat buruk dan tidak bisa berhenti dari pekerjaan tersebut.

Pewarta: Ella Syafputri
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014