Beijing (ANTARA) - Pemerintah China menanggapi kesepakatan penjualan jet tempur F-35 ke India oleh Amerika Serikat dengan mengatakan bahwa kawasan Asia Pasifik bukan arena permainan geopolitik.

Dalam konferensi pers di Beijing pada Jumat (14/2), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun menegaskan bahwa negaranya bukan "masalah" dalam hubungan antarnegara, atau berusaha memicu politik blok dan konfrontasi.

"Asia-Pasifik adalah contoh cemerlang perdamaian dan pembangunan, bukan arena permainan geopolitik," kata dia.

Usai bertemu Perdana Menteri India Narendra Modi, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa pemerintahnya akan meningkatkan penjualan perangkat militer ke India mulai 2025, termasuk jet tempur F-35.

Penjualan jet tempur seperti F-35 buatan Lockheed Martin termasuk transaksi antarpemerintah di mana Pentagon (Departemen Pertahanan AS) bertindak sebagai perantara antara kontraktor pertahanan AS dan negara lain.

"Bersatu untuk membentuk kelompok eksklusif dan terlibat dalam politik blok dan konfrontasi tidak akan menciptakan keamanan, dan sama sekali tidak akan memelihara perdamaian dan stabilitas Asia-Pasifik dan seluruh dunia," kata Guo Jiakun.

Sejak 2008, India disebut telah setuju untuk membeli produk pertahanan AS senilai lebih dari 20 miliar dolar AS (sekitar Rp324 triliun). Tahun lalu, India setuju untuk membeli 31 pesawat nirawak MQ-9B SeaGuardian dan SkyGuardian.

Selama beberapa dekade, Rusia diketahui telah menjadi pemasok senjata utama bagi India dan jet tempur Rusia menjadi bagian dari armada militer India.

Namun, kemampuan Rusia mengekspor senjata dalam beberapa tahun terakhir terhambat oleh perang di Ukraina sehingga India mengalihkan pembelian ke negara lain.

Kesepakatan penjualan itu mencerminkan hubungan pertahanan India yang kian erat dengan AS dan menggarisbawahi peran Dialog Keamanan Quadrilateral (Quad), sebuah aliansi di Indo-Pasifik yang terdiri dari AS, India, Australia, dan Jepang.

Trump mengatakan India setuju untuk mengimpor lebih banyak minyak dan gas dari AS agar defisit perdagangan kedua negara berkurang.

Dia juga mengatakan bahwa kedua negara bekerja sama untuk menghadapi "ancaman terorisme Islam radikal."

Baca juga: AS deportasi lebih dari 200 warga India melalui pesawat militer
Baca juga: Beijing tanggapi kekhawatiran Quad soal keamanan Laut China Selatan

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025