Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP menegaskan pengobatan detoksifikasi alami tidak efektif dalam menyembuhkan kanker.

"(Setelah detoksifikasi) kankernya enggak berhenti. (Pasien kanker) pada balik ke saya lagi," kata Aru saat ditemui usai diskusi ”Kanker Tidak Menunggu, Kenapa Kita Menunggu? Deteksi Dini, Selamatkan Hidup” di Jakarta Pusat pada Rabu.

Sebagai informasi, detoksifikasi atau sering disebut detoks adalah proses alami mengeluarkan racun dari tubuh. Salah satu caranya adalah dengan mengonsumsi makanan sehat, seperti buah dan sayuran yang kaya serat dan antioksidan serta rajin meminum air putih.

Baca juga: Detoksifikasi tubuh dengan air murni bantu jaga kesehatan keluarga

Aru menjelaskan, menjalani detoksifikasi, terutama dalam periode yang singkat, tidak akan menyembuhkan sepenuhnya penyakit kanker. Menurutnya, detoksifikasi hanya akan menghilangkan efek kanker sementara.

"Dia itu hampir sama dengan puasa intermiten cuma terlalu sebentar juga. Jadi memang puasa itu bagus, tapi terlalu sebentar," ujarnya.

Dia lebih menganjurkan menjalani puasa intermiten secara rutin sebagai salah satu alternatif terapi kanker.

Aru menjelaskan, pembagian waktu ideal puasa intermiten adalah 16/8 atau 16 jam berpuasa dan 8 jam makan. Selain itu, bisa juga diterapkan diet OMAD (One Meal a Day) yakni makan satu kali dalam sehari.

Baca juga: Manfaat air putih untuk detoksifikasi tubuh

Puasa intermiten disarankan untuk mencegah kanker karena saat tidak mendapatkan asupan makan, metabolisme tubuh akan mengonsumsi sel-sel tidak berguna atau berbahaya, termasuk sel kanker.

"Badan kamu nanti akan kebingungan mencari energi, jadi dia mengambil sel-sel yang tidak ada gunanya dalam tubuh, sel-sel yang beracun, sel-sel yang toksik. Kita harapkan sel-sel kanker yang baru mau mulai dia dimakan sama tubuh," ujarnya.

Saat sudah memasuki jam makan, Aru menekankan pentingnya mengonsumsi makanan bergizi seimbang.

Ia juga menganjurkan untuk mengurangi atau menghindari konsumsi daging merah dan ultra processed food, makanan yang sudah diproses secara industri dan mengandung banyak bahan tambahan.

"Pada jam makannya harus yang bagus. Makan yang seimbang, ada sayur, buah, karbohidratnya jangan banyak-banyak, protein, yang penting jangan kebanyakan daging merah," ucapnya.

Baca juga: Pilih buah saat berbuka puasa ketimbang makanan sekedar manis

Baca juga: Empat cara detoks tubuh untuk pencernaan lebih sehat

Baca juga: Manfaat jeruk purut, melindungi jantung hingga detoksifikasi darah

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025