Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Vietnam melihat prospek kerja sama kedua negara di bidang ekonomi dengan tingkat pertumbuhan masing-masing terus menguat.

Presiden RI Joko Widodo yang menggantikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertemu dengan Presiden Vietnam Truong Tan Sang di sela-sela penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC pada 10 November 2014 di Beijing.

Kedua presiden sepakat untuk memperkuat upaya-upaya bersama dalam rangka peningkatan kerja sama bilateral lainnya, termasuk di sektor maritim dan pertanian.

Dalam pertemuan itu, kedua negara optimistis dapat merealisasikan target perdagangan dua arah sebesar 10 miliar dolar AS pada tahun 2018. Pada tahun 2013, volume perdagangan RI-Vietnam mencapai 5.12 miliar dolar AS.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kementerian Luar Negeri RI, hubungan diplomatik Indonesia-Vietnam diawali dengan pembukaan Konsulat RI di Hanoi pada 30 Desember 1955, yang selanjutnya ditingkatkan menjadi Kedutaan Besar RI pada 10 Agustus 1964.

Kedua negara menormlisasi hubungan dengan menempatkan kembali duta besar masing-masing di Jakarta dan Hanoi pada 1973. Pada Mei 1993 Pemerintah Indonesia membuka Konsulat Jenderal di Ho Chi Minh City.

Pada 2003, kedua negara menandatangani Deklarasi Kemitraan Komprehensif Memasuki Abad ke-21. Sejak saat itu, hubungan Indonesia dan Vietnam terus meningkat baik dalam kerangka bilateral, regional maupun multilateral.

Pada Juni 2013, Indonesia dan Vietnam sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral dari kerja sama komprehensif menjadi kemitraan strategis.

Untuk mengimplementasikan kemitraan strategis tersebut, keduanya juga telah menandatangani Plan of Action (PoA) periode 2014-2018, yang memuat rencana aksi berbagai bidang kerja sama yakni politik dan pertahanan keamanan, anti-korupsi, ekonomi dan pembangunan, investasi, pertanian, kehutanan, perikanan, pariwisata, transportasi, energi, informasi dan komunikasi, IPTEK, pendidikan dan kebudayaan, kesehatan, pengembangan SDM dan kesejahteraan sosial, kerja sama teknis dan kerja sama kekonsuleran serta memperkuat kerja sama, koordinasi dan saling dukung di fora regional dan internasional.

Vietnam merupakan pasar potensial yang memiliki 90 juta konsumen, populasi ketiga terbesar di Asia Tenggara setelah Indonesia dan Filipina, dengan pendapatan yang meningkat, tenaga kerja muda, rasio melek huruf relatif tinggi, upah buruh relatif rendah dan disiplin baik.

Perkembangan Ekonomi Vietnam

Ekonomi Vietnam telah berkembang dengan pertumbuhan 5,4 persen pada 2013. Pada 2014, pertumbuhan ekonominya diperkirakan mencapai, 5,5 persen. Selama dua tahun terakhir ekonomi Vietnam telah menghasilkan lingkungan makroekonomi yang relatif stabil, terutama dibandingkan dengan kurun waktu krisis keuangan pada 2007 hingga 2011. Pertumbuhan ekonominya per tahun melambat menjadi rata-rata 5,8 persen, dibandingkan dengan 7,6 persen pada 2008 hingga 2013.

Pemerintah telah melakukan langkah-langkah efektif untuk mengatasi masalah guna mendorong ekonomi seperti tindakan mengurangi inflasi, menstabilkan pasar valuta asing dan memperkuat rekening eksternal. Selain itu ekspor yang kuat, aliran dana ekternal dan perolehan dana dari luar negeri melalui para pekerjanya (remittance) membantu negara itu memperbaiki dan mengelola neraca ekternalnya.

Perusahaan-perusahaan multinasional juga meningkatkan investasinya ke negara itu, yang memberikan dorongan signifikan bagi ekonominya. Sejumlah MNC mengalihkan investasi dari Tiongkok ke Vietnam. Pengusaha-pengusaha Jerman misalnya tertarik untuk mengeksplorasi pasar Vietnam yang menjanjikan, bertindak sebagai jembatan antara ASEAN dan negara-negara Asia di kawasan timurlaut termasuk Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan. Negara Eropa itu berada di peringkat ke-22 di antara 101 investor asing di Vietnam, dengan 238 proyek FDI senilai 1,3 miliar dolar AS.

Bank Dunia memprediksi Vietnam akan tumbuh 5,6 persen pada 2015 dan 5,8 persen pada 2016. Kamar Dagang Amerika (AmCham) memprediksi Vietnam akan menjadi pemasok terbesar dari ASEAN ke Amerika Serikat pada akhir 2014, dengan nilai ekspor sekitar 29,4 miliar dolar AS. Total ekspornya diprediksi mencapai 34,1 persen dari total ekspor dari ASEAN pada 2020.

Khusus dengan Indonesia, data dari Kemlu menunjukkan hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara meningkat pada tahun-tahun terakhir. Pada tahun 2008 total nilai perdagangan sebesar 2,522 miliar dolar, meningkat 62,76 juta dolar dibanding tahun 2007 dan tahun 2009 tercatat 2,184 miliar dolar, turun sebesar 338 juta dolar akibat dampak krisis ekonomi global.

Pada tahun 2010 total nilai perdagangan mencapai 3,342 miliar dolar, pada tahun 2011 menjadi 4,605 miliar dolar, dan tahun 2012 meningkat hingga 4,86 miliar dolar dimana ekspor Indonesia mencapai 2,27 miliar dolar. Sementara pada tahun 2013 volume perdagangan kedua negara mencapai 4,828 miliar dolar.

Di bidang investasi, Indonesia menduduki urutan ke-26 pada daftar negara investor di Vietnam dengan 38 proyek senilai 320,52 juta dolar (nilai investasi yang telah terealisasi mencapai 144,07 juta dolar).

Komoditas ekspor utama Indonesia ke Vietnam antara lain: kertas, bahan-bahan kimia, mesin, suku cadang, serat (fiber), komponen listrik, komponen motor, pakan hewan. Sedangkan komoditi impor utama Indonesia dari Vietnam antara lain: beras, tekstil, kopi, alas kaki (footwear), sayuran, karet.

Oleh Mohammad Anthoni
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014