Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Wamenekraf/Wakabekraf), Irene Umar menekankan pentingnya penguasaan bahasa asing, terutama dalam dunia digital yang masih menjadi tantangan bagi banyak masyarakat Indonesia.

"Kita harus belajar berbahasa agar dapat memajukan Indonesia. Kita harus relevan dengan dunia luar agar Indonesia tidak hanya dipandang sebagai pasar, melainkan mampu menjadi kreator," ujar Irene dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan melalui acara Dicoding Connect 2025 yang diselenggarakan oleh Dicoding Indonesia dapat memperluas wawasan serta membuka peluang kolaborasi di industri digital.

Acara ini mempertemukan para developer, mentor, dan pelaku industri teknologi dalam satu forum interaktif. Melalui acara ini, peserta dapat berdiskusi, berbagi pengalaman, serta membangun jaringan dengan sesama profesional di bidang teknologi.

Baca juga: Wamenekraf sebut dua hal ciptakan talenta digital berdaya saing tinggi

Baca juga: Menkomdigi sebut literasi digital dan aktivitas fisik harus imbang

Lebih lanjut, Irene mengungkapkan program Kemenekraf dalam mendorong dunia digital, salah satunya melalui program "Emak-Emak Matic" (Emak-Emak Melek Teknologi).

Program ini bertujuan menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terutama ibu rumah tangga dan mereka yang tidak memiliki akses ke pendidikan tinggi. Sejak diluncurkan tahun lalu, program ini telah berjalan di enam kota dan ditargetkan menjangkau 40 kota pada 2025.

"Program ini bertujuan menjangkau masyarakat yang tidak mampu melanjutkan ke universitas, serta memberdayakan ibu-ibu di rumah. Dengan kekuatan emak-emak, program ini akan terus dikembangkan dan menjangkau lebih banyak kota di tahun 2025," tambahnya.

Selain itu, Irene juga menyoroti kehadiran 'Global Game Jam' pada Januari lalu, di mana dalam 48 jam para developer berhasil menciptakan prototipe gim yang diaktivasi di 12 kota di Indonesia. Hasil prototipe ini nantinya akan dikembangkan dan diadaptasi di ruang-ruang publik sebagai permainan di setiap pojok gim.

Baca juga: IDSA 2025 jadi ajang apresiasi transformasi digital berkelanjutan

Sementara itu, CEO Dicoding, Narenda Wicaksono, mengungkapkan bahwa ada dua tantangan utama dalam industri digital di Indonesia. Pertama, sebagai negara yang luas, potensi ekonomi Indonesia tersebar di berbagai pulau, sehingga membutuhkan lebih banyak talenta digital di berbagai wilayah.

Kedua, kontribusi kecerdasan buatan (AI) terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih di bawah negara maju.

"Dua tantangan utama yang kami angkat adalah luasnya wilayah Indonesia yang memerlukan talenta digital di berbagai daerah, serta kontribusi AI terhadap PDB yang masih rendah dibandingkan negara maju. Kita harus berupaya meningkatkan hal ini agar Indonesia dapat bersaing di tingkat global," ujar Narenda.

Ia juga menyampaikan bahwa kontribusi sektor teknologi informasi (IT) terhadap PDB Indonesia saat ini berada di angka 4,34 persen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2024. Sebagai perbandingan, di negara maju seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, angka tersebut berkisar antara 8-10 persen.

"Kita perlu meningkatkan digitalisasi, baik dalam jumlah maupun kualitas talenta digital. Dicoding akan terus berkolaborasi dengan berbagai kementerian, termasuk Kemenekraf, untuk mempercepat pertumbuhan industri digital di Indonesia," tambahnya.

Baca juga: Dicoding sebut urgensi kolaborasi ciptakan 23 juta talenta informatika

Baca juga: Kemdiktisaintek ungkap strategi transformasi digital perguruan tinggi

Baca juga: Kemenekraf berupaya menumbuhkan ekosistem ekonomi digital

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025