Produk hidroponik mempunyai potensi besar untuk memenuhi kebutuhan pasar akan sayuran dan buah-buahan sehat, bebas pestisida, dan memiliki nilai gizi tinggi

Jakarta (ANTARA) - Di tengah dinamika perkembangan teknologi dan perubahan iklim, pertanian hidroponik muncul sebagai salah satu solusi inovatif untuk menjawab tantangan pangan di Indonesia.

Pertanian hidroponik, dengan segala keunggulannya, menawarkan secercah harapan untuk mengatasi masalah pangan. Meskipun, di balik potensi besarnya, ada tantangan yang tidak bisa diabaikan.

​Pertanian hidroponik dapat menjadi salah satu alternatif dalam menghadapi dampak perubahan iklim dan memastikan ketahanan pangan di masa depan.

Inovasi dan adaptasi terus-menerus akan menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi sistem ini, sehingga pertanian hidroponik tidak hanya menjadi alternatif, tetapi juga bagian integral dari sistem pertanian modern yang berkelanjutan.

Pada 2021 kampus Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia menjadi kampus yang mendapatkan hibah Smart Green House dari pemerintah melalui Kementerian Pertanian.

Smart Green House yang ada di kampus dimanfaatkan untuk kegiatan praktik dan pembelajaran akademik.

Dalam waktu yang sangat terbatas, kampus mengelola beberapa kegiatan penelitian dan magang yang dilaksanakan oleh mahasiswa yang menjadi pengalaman dan best practice yang akan dibagikan pada opini ini.

​Salah satu keunggulan utama dari sistem hidroponik adalah efisiensi penggunaan air. Dibandingkan dengan pertanian konvensional, sistem hidroponik mampu menghemat air hingga 70-90 persen lebih sedikit.

Hal ini terjadi karena air dalam sistem hidroponik didaur ulang dan dialirkan langsung ke akar tanaman. Selain itu, sistem hidroponik biasanya dilakukan di dalam green house atau lingkungan tertutup.

Kondisi ini membantu mengurangi penguapan (evaporation) dan limpasan air (runoff), sehingga air dapat dimanfaatkan secara lebih optimal.

Green House juga menciptakan lingkungan yang terkontrol, memastikan tanaman mendapatkan air dan nutrisi yang tepat tanpa ada yang terbuang percuma.

Baca juga: Jakpus kembali aktifkan bank sampah di seluruh RW

Baca juga: Lapas Tarakan libatkan warga binaan bangun rumah hijau hidroponik


Tumbuh Cepat

Meskipun menggunakan air lebih sedikit, hidroponik tidak mengurangi produktivitas tanaman. Justru, sistem ini sering kali menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan lebih sehat karena nutrisi dan air dapat dikontrol dengan presisi sesuai kebutuhan tanaman.

Dengan efisiensi air yang tinggi dan produktivitas yang tetap optimal, hidroponik membuktikan bahwa pertanian modern dapat berjalan beriringan dengan prinsip keberlanjutan.

​Ketersediaan nutrisi dan bahan pendukung merupakan faktor kunci untuk memastikan pertumbuhan tanaman yang optimal pada hidroponik.

Bahkan, beberapa studi menunjukkan bahwa tanaman hidroponik dapat tumbuh lebih cepat dan menghasilkan panen yang lebih besar karena nutrisi yang diberikan lebih terkontrol.

Nutrisi hidroponik adalah larutan yang mengandung unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Unsur-unsur ini dibagi menjadi dua kategori: makronutrien dan mikronutrien.

Makronutrien merupakan unsur-unsur esensial yang diperlukan tanaman dalam jumlah lebih banyak daripada mikronutrien.

Karena masing-masing varietas tanaman memerlukan kebutuhan nutrisi yang spesifik, maka diperlukan manajemen nutrisi yang memastikan nutrisi diberikan dalam proporsi yang tepat.

Manajemen nutrisi pada hidpononik tidak terlepas dari bahan pendukungnya supaya pertumbuhan tanaman optimal.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen nutrisi dan bahan pendukungnya adalah kondisi nutrisi, tingkat keasaman (pH), konsentrasi larutan dalam nutrisi dengan Eletrical Conductivity (EC), suhu, kelembapan dan intensitas cahaya yang masuk.

Pada Green House yang berbasis Internet of Things (IoT) atau yang dikenal dengan Smart Green House, manajemen nutrisi dan bahan pendukung dikontrol menggunakan mikrokontroler.

Melalui Smart Green House, sistem akan berjalan secara otomatis berdasarkan sensor, sehingga kegiatan pemantauan dapat dilakukan dari jarak jauh menggunakan aplikasi yang terhubung pada perangkat keras.

Manajemen nutrisi dan bahan pendukung yang dimonitoring secara rutin dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penyesuaian nutrisi berdasarkan fase pertumbuhan (vegetatif, berbunga dan berbuah) dan penggantian nutrisi secara berkala untuk menghindari penumpukan garam dan memastikan kesediaan nutrisi yang konsisten.

Faktor pendukung lain yang perlu diperhatikan adalah kebersihan sistem hidroponik dari pertumbuhan alga, jamur dan patogen lain yang dapat merugikan pertumbuhan tanaman.

Kemudian penyaringan air untuk mencegah gangguan penyerapan nutrisi dan pemantauan secara langsung kondisi tanaman yaitu dengan mengamati tanda-tanda defisiensi atau kelebihan nutrisi pada tanaman seperti perubahan warna daun atau pertumbuhan yang tidak normal.

Baca juga: Budi daya melon hidproponik yang "ngetren" di Pontianak

Baca juga: Petani milenial Lumajang sukses kembangkan hidroponik sayuran


Berbagai tantangan

​Salah satu harapan besar dari pertanian hidroponik adalah efisiensi penggunaan air dan nutrisi yang terkontrol dan presisi, sehingga dapat menghasilkan produksi pertanian yang lebih baik dan memiliki nilai gizi yang tinggi di era kesadaran akan makanan sehat sudah menjadi kebutuhan masyarakat.

Produk hidroponik mempunyai potensi besar untuk memenuhi kebutuhan pasar akan sayuran dan buah-buahan sehat, bebas pestisida, dan memiliki nilai gizi tinggi.

Namun, di balik harapan akan pertanian hidroponik ada tantangan yang perlu dijawab untuk meningkatkan peluang keberhasilan. Pertama, biaya awal untuk memulai pertanian hidroponik relatif tinggi.

Petani perlu mengeluarkan modal untuk membangun green house, membeli peralatan seperti pompa, pipa, media tanam, dan nutrisi hidroponik.

Kedua, keterampilan dan pengetahuan juga menjadi tantangan tersendiri. Pertanian hidroponik memerlukan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan nutrisi masing-masing varietas tanaman, pengelolaan nutrisi dan bahan pendukungnya, serta rantai pasok komoditas hidroponik yang tentunya mempunyai pasar yang berbeda dengan komoditas pertanian konvensional.

Tantangan ketiga adalah ketergantungan pada teknologi dan listrik. Pertanian hidroponik membutuhkan listrik untuk mengoperasikan pompa dan sistem pengatur suhu.

Di daerah dengan pasokan listrik yang tidak stabil atau mahal, hal ini bisa menjadi masalah besar. Selain itu, kerusakan peralatan atau gangguan listrik bisa mengancam kelangsungan produksi.

Terakhir, ketersediaan nutrisi dan bahan pendukung juga menjadi masalah. Nutrisi hidroponik dan bahan pendukung lainnya, seperti media tanam dan peralatan, masih banyak diimpor dari luar negeri. Hal ini menyebabkan biaya produksi menjadi lebih tinggi.

Pengembangan industri lokal untuk memproduksi nutrisi dan peralatan hidroponik bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada impor.

Ke depan, untuk mengoptimalkan potensi pertanian hidroponik di Indonesia, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.

Pemerintah perlu menyediakan pelatihan dan edukasi tentang hidroponik bagi petani. Dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani, diharapkan lebih banyak orang yang bisa sukses dalam mengadopsi sistem ini.

Berikutnya adalah insentif dan bantuan modal yang bisa menjadi dorongan besar bagi petani. Skema pinjaman dengan bunga rendah atau subsidi peralatan bisa membantu mengurangi beban biaya awal.

Selain itu, pemerintah juga bisa mendorong pengembangan teknologi lokal untuk mengurangi ketergantungan pada impor. Pada rantai pasok, pemasaran dan branding produk hidroponik perlu diperkuat.

Dengan mempromosikan produk hidroponik sebagai produk premium yang sehat dan ramah lingkungan, diharapkan produk ini bisa bersaing di pasar lokal maupun internasional.

Terakhir, kolaborasi antara sektor pertanian, pendidikan, dan industri bisa menciptakan ekosistem yang mendukung perkembangan hidroponik. Misalnya, kampus bisa menjadi pusat penelitian dan pengembangan, sementara industri bisa menyediakan peralatan dan nutrisi yang terjangkau.

Baca juga: Berkah melon emas di Lombok Barat

Baca juga: Peringati Hari Anak Nasional, BRI ajak anak SD belajar tanam hidroponik

Baca juga: Warga Kebon Kosong ubah penampungan sampah jadi lahan hidroponik


*) Penulis adalah Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia.

Copyright © ANTARA 2025