Pati (ANTARA News) - Nelayan di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, hingga kini masih mengalami kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar meskipun harga jualnya telah mengalami kenaikan dari Rp5.500 per liter menjadi Rp7.500/liter.

Harapan nelayan ketika pemerintah menaikkan harga jual BBM, ketersediaan solar untuk nelayan akan tersedia cukup. Kenyataannya hingga kini belum memenuhi kebutuhan nelayan," kata Koordinator Front Nelayan Bersatu wilayah Pati Bambang Wicaksono di Pati, Senin.

Ia mengakui, pasokan solar untuk nelayan lewat stasiun pengisian bahan bakar khusus nelayan memang tersedia, namun jumlahnya belum sebanding dengan kebutuhan para nelayan.

Akibatnya, lanjut dia, masih ada puluhan kapal yang tidak bisa melaut karena kebutuhan solarnya belum terpenuhi sesuai kebutuhan melaut selama beberapa pekan.

Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM terbaru, kata dia, dijelaskan soal kenaikan harga BBM dan untuk kebutuhan nelayan, khususnya untuk kapal yang memiliki berat kurang dari 30 gross ton (GT) atau lebih dari 30 GT tetap diperbolehkan menggunakan solar bersubsidi.

Hanya saja, lanjut dia, untuk setiap kapal dibatasi sebanyak 25 kiloliter (KL) per bulan.

Hal itu, kata dia, belum berjalan dengan lancar seperti halnya di Jakarta dengan alasan di wilayah Pati belum ada kejelasan soal kebutuhannya.

"Kami menganggap BPH Migas yang mengatur soal distribusinya memang masih ada perbedaan cara pandang soal hal itu," ujarnya.

Padahal, lanjut dia, di kabupaten tetangga, seperti Kabupaten Rembang tidak ada permasalahan seperti yang dihadapi nelayan di Kecamatan Juwana.

Hal itu, kata dia, sangat merugikan nelayan karena permasalahan soal solar terjadi sejak beberapa bulan terakhir.

"Banyak nelayan yang memiliki tanggungan hutang di lembaga perbankan, serta yang utama adalah soal kebutuhan hidup keluarganya untuk setiap harinya," ujarnya.

Aksi demo nelayan yang dilakukan beberapa waktu lalu, katanya, memang mendapatkan respons, terutama soal perizinan untuk kapal baru buatan dalam negeri saat ini dicabut.

Tuntuan soal ketersediaan solar, kata dia, masih diperjuangkan karena hingga sekarang pasokannya belum normal seperti sebelumnya.

Informasi yang diterima, lanjut dia, pasokan solar untuk nelayan akan kembali normal awal bulan ini.

"Mudah-mudahan hal itu benar sehingga nelayan tidak perlu lagi melakukan aksi lanjutan," ujarnya.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Juwana Rasmijan membenarkan, bahwa beberapa nelayan memang masih sulit mendapatkan solar untuk melaut, terutama untuk kapal yang beratnya di atas 30 GT dengan kebutuhan solar hingga puluhan drum.

"Harapannya Pemerintah Pusat segera merespons permasalahan tersebut, mengingat harga jual saat ini sudah dinaikkan yang seharusnya permasalahan soal stok tidak perlu terjadi lagi," ujarnya.

Pewarta: Akhmad Nazaruddin Lathif
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014