supaya  asap yang keluar tidak banyak lagi dan tidak berwarna hitam, dan sudah dijamin tidak berbau

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyempurnakan cerobong asap di fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar atau Refuse Derived Fuel (RDF) Plant di Rorotan, Jakarta Utara agar tidak lagi mengeluarkan bau tidak sedap yang mengganggu permukiman.

"Ini ada improvement (penyempurnaan) di bagian cerobong supaya asap yang keluar tidak banyak lagi dan tidak berwarna hitam, dan sudah dijamin tidak berbau," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Selasa.

Baca juga: RDF Plant Rorotan siap diresmikan April 2025

Dia juga memastikan alat penghilang bau atau deodorizer telah berfungsi secara sempurna, begitu juga dengan cairan penghilang bau, instalasi pengolahan air limbah (Waste Water Treatment Plant/WWTP) beroperasi sesuai standar serta filter karbon diaktifkan untuk menyerap partikel bau yang tersisa.

"Kami juga memasang alat pemantau kualitas udara. Jadi nanti kami memang akan sangat transparan atau dapat dilihat masyarakat terhadap laporan kualitas udara," ujar dia.

Adapun terkait dana kompensasi bagi warga terdampak bau, Asep menegaskan tak ada pemberian dana.

Baca juga: Pemprov targetkan tambah RDF untuk kelola sampah DKI Jakarta

Dan kalau kembali apakah ada dana kompensasi. Saya tegaskan hingga saat ini memang tidak ada wacana pemberian kompensasi sepertihalnya di Bantar Gebang, Bekasi.

"Karena memang ini sampah kita dan ini adalah upaya dari Pemprov DKI Jakarta untuk dapat mengolah sampah secara baik," ujar dia.

RDF Plant Jakarta di Rorotan dapat menghasilkan produk Refuse Derived Fuel (RDF) atau bahan bakar serpihan sampah yang dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti batu bara pada industri semen.

Dengan kapasitas pengolahan sampah hingga 2.500 ton sampah per hari, fasilitas tersebut mampu menghasilkan bahan bakar alternatif sebanyak 875 ton per hari.

Baca juga: Legislator: Pengelola RDF Rorotan harus evaluasi penyebab kebocoran

Adapun residu dari hasil pengolahan sampah ini berbentuk kepingan-kepingan kaleng, kayu, dan lain sebagainya yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.

"Bukan residunya adalah 2.500 dikurang 875 sama dengan sekitar 1.625 ton. Sampah Jakarta 70-80 persen adalah air. Di saat dilakukan pemrosesan di sini airnya itu dikurangi sampai di bawah 20 persen," ujar Asep.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2025