Jakarta (ANTARA) - Pembina Industri Ahli Muda Tim Kerja Kendaraan Listrik Berbasis Baterai (KLBB), Direktorat Industri Maritim Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Patia Junjungan Maningdo mengatakan disinsentif untuk kendaraan konvensional atau kendaraan berbahan bakar fosil masih memerlukan pertimbangan yang matang.
“Untuk disinsentif ini harus hati-hati, membutuhkan pertimbangan dan analisis yang matang untuk memutuskan apakah ada disinsentif (untuk kendaraan nonlistrik,” kata Patia dalam diskusi media “Prospek Kendaraan Listrik di tengah Tekanan Fiskal dan Kebijakan Kontraproduktif Trump” oleh CORE di Jakarta, Rabu.
Hal ini menyusul industri otomotif yang masih menjadi salah satu penggerak ekonomi nasional, meskipun memang saat ini trennya sedang menurun.
Tercatat pada Oktober 2024, target penjualan mobil di Indonesia turun ke sekitar 850 ribu unit, setelah sebelumnya ditargetkan mencapai angka 1 juta unit terjual.
Namun, Patia mengatakan pihaknya sudah ada pertimbangan untuk melakukan disinsentif kendaraan konvensional, meskipun tidak dalam waktu dekat, seiring dengan perkembangan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia.
“Pimpinan kami sudah lontarkan ide disinsentif itu untuk 10-15 tahun mendatang, mengingat ekosistem industri kendaraan listrik kita ini masih tergolong baru,” ujar dia.
Adapun kebijakan pertama Indonesia mengenai pengembangan ekosistem kendaraan listrik adalah Peraturan Presiden (Perpres) No. 55 Tahun 2019, dengan pabrik pertama untuk EV berdiri pada sekitar tahun 2021.
Untuk itu, Patia menilai saat ini ekosistem kendaraan konvensional berjalan beriringan dengan kendaraan listrik adalah langkah paling tepat untuk Indonesia.
“Tentunya kita lihat masih bisa mereka berjalan beriringan, dengan kendaraan nonlistrik yang sudah kuat, memiliki produksi yang sudah 1 juta, rantai industri komponen dan tenaga kerjanya sangat banyak, bersama industri EV yang masih baru,” kata Patia.
Selain itu, Patia mengatakan tren konsumen di Indonesia saat ini masih cenderung membeli mobil EV sebagai kendaraan kedua, alih-alih kendaraan primer mereka.
Saat ini, fokus utama Kemenperin sebagai bagian dari pemerintah adalah meningkatkan ketertarikan dan permintaan (demand) kendaraan listrik kepada masyarakat sebagai konsumen.
“Fokusnya saat ini adalah mengembangkan demand, karena masih ada demand yang bisa kita perbanyak, dan industri otomotif konvensional trennya menurun, sehingga tentu kita harus sama-sama dukung agar bisa jalan dua-duanya, termasuk ke hybrid karena ada insentif juga,” kata Patia.
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025