Jakarta (ANTARA) - Yayasan Vanita Naraya menggandeng perempuan parlemen dalam menyosialisasikan agenda women, peace, and security (WPS).
"Keberadaan perempuan dalam parlemen semakin menunjukkan peran strategis dalam memperjuangkan kebijakan yang lebih inklusif dan berkeadilan," kata Ketua Yayasan Vanita Naraya Diah Pitaloka dalam FGD bertajuk Women, Peace, and Security, di Jakarta, Rabu.
Menurut Diah Pitaloka, perempuan parlemen bukan sekadar pelengkap, tetapi memiliki posisi taktis dalam penyusunan kebijakan, politik anggaran, hingga isu ketahanan negara.
Pihaknya pun menyoroti pentingnya keterwakilan perempuan dalam politik anggaran.
"Hari ini publik semakin sadar tentang pentingnya proporsi anggaran negara yang adil. Ini menunjukkan betapa pentingnya representasi perempuan dalam parlemen," katanya.
Diah Pitaloka optimistis bahwa perjuangan politik perempuan selalu berorientasi pada keadilan.
Sementara Anggota DPD RI Badikenita Putri Sitepu mengatakan perempuan di parlemen perlu memiliki kapasitas dan kesiapan menghadapi berbagai tantangan, termasuk dalam kebijakan keamanan dan pertahanan.
"Kita harus mengisi diri dengan ilmu dan pengalaman, sehingga ketika berhadapan dengan isu-isu besar seperti konflik atau hukum, kita bisa memberikan pandangan yang matang dan berbobot. Kita harus mulai menyuarakan keseimbangan yang sesungguhnya dalam sistem politik, agar Indonesia bisa mencapai kondisi yang lebih adil dan makmur pada 2045," kata Badikenita Putri Sitepu.
Agenda WPS di tingkat internasional diinisiasi pada tahun 2000 yang dituangkan dalam Resolusi 1325 dan menjadi bentuk pengakuan terhadap posisi perempuan sebagai aktor dalam perdamaian dan resolusi konflik.
Di Indonesia, agenda WPS diwujudkan melalui penyusunan rencana aksi yang tertuang dalam Permenko PMK Nomor 5/2021 tentang Rencana Aksi Nasional Perlindungan dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam Konflik Sosial (RAN P3AKS) 2020-2025.
Baca juga: APHR fokus pada ancaman terhadap anggota parlemen perempuan di ASEAN
Baca juga: Akademisi: Keterwakilan perempuan di politik masih jauh dari ideal
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.