Jakarta (ANTARA News) - E-tourism menjadi konsep baru yang terus didengungkan sebagai salah satu wujud dari digitalisasi promosi pemasaran dan pengembangan pariwisata agar berkinerja dua kali lipat hingga mencapai target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman).

Kampanye dan program serba digital itu menjadi andalan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya untuk menyiasati anggaran promosi pariwisata Indonesia yang masih sangat rendah.

Ia mengatakan diperlukan strategi khusus dengan minimnya anggaran promosi agar pariwisata mampu berkontribusi lebih besar terhadap penerimaan negara.

"Tidak ada cara lain selain digitalisasi dan membuat promosi secara online serta mengembangkan kerja sama dengan lebih banyak pihak," katanya.

Indonesia sendiri memasang target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 20 juta orang sampai 2019 dengan 275 pergerakan wisatawan nusantara (wisnus).

"Fokus pasar terdiri dari 16 negara dengan prioritas utama Tiongkok, Australia, Korea Selatan, Jepang, dan Rusia," katanya.

Pendekatan yang akan dilakukan untuk mencapai target itu yakni pariwisata bertanggung jawab dan berkelanjutan dengan menerapkan kode etik pariwisata dunia melalui konsep Indonesia Incorporated.

Kementerian Pariwisata juga akan mengembangkan strategi pariwisata melalui branding dan promosi.

Untuk branding akan digunakan Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia dengan juga menyertakan branding destinasi dan branding tematik yang dilakukan secara berkelanjutan, baik online maupun offline.

"Khusus untuk branding destinasi digunakan brand destinasi diikuti dengan by Wonderful Indonesia," katanya.

Sementara branding tematik diikuti is Wonderful Indonesia, misalnya Diving is Wonderful Indonesia.

Lebih lanjut pihaknya juga menekankan pentingnya promosi destinasi melalui pengelompokan yang akan dipetakan berdasarkan data statistik.

Hal ini akan dikaitkan dengan daerah yang memiliki potensi produk pariwisata yang kuat yang selama ini sudah menyumbangkan kontribusi besar di antaranya Bali, Jakarta, Batam, Bandung, dan Yogyakarta.

Daerah-daerah itu akan menggunakan brand lokal, yakni Great Bali, Great Jakarta, Great Batam, Great Bandung, dan Great Yogyakarta.

"Untuk daerah yang belum memiliki infrastruktur memadai akan dihubungkan oleh destinasi-destinasi yang sudah lebih dahulu siap," katanya.

Sementara untuk branding tematik diusulkan pengembangan Great Komodo, Great Toba, dan Great Marine (Bunaken, Rajaampat, dan Wakatobi).

"Kita akan fokus pada pengembangan ICT infrastruktur karena ini saya yakini lebih tepat dengan manfaat yang luas," katanya.

Sementara dari sisi daya saing, Indonesia juga menargetkan mampu menempati ranking ke-30 pada 2019 dari yang saat ini masih berada pada peringkat 70 berdasarkan "Travel and Tourism Competitiveness Index World Economic Forum" (WEF).

Arief mengidentifikasi area kelemahan Indonesia untuk mampu mendongkrak daya saingnya terletak pada infrastruktur pariwisata, infrastruktur ICT, dan "health & hygiene".



Digital Marketing

Sebagai salah satu langkah awal pencapaian target yang tinggi itu, Menpar Arief Yahya menegaskan dalam bidang pemasaran pariwisata diharapkan seluruh pemangku kepentingan secara bersama-sama melakukan promosi yang lebih gencar.

Menurut dia seluruh pemangku kepentingan juga dapat bertanggung jawab dalam mendukung pencapaian target tersebut yang akan diimplementasikan dalam program dan dukungan finansial masing-masing seperti promosi citra.

Di samping juga branding yang termasuk di dalamnya upaya menyiapkan peraturan yang mendukung pariwisata hingga memfasilitasi kegiatan promosi sesuai budget yang dialokasikan.

Promosi citra daerah dan Indonesia, kata dia, bisa dengan menggunakan minal 20 persen branding Wonderful Indonesia dan Pesona Indonesia, serta maksimal 80 persen branding destinasi, promosi paket-paket destinasi, dan mendukung upaya promosi melalui pemberitaan yang positif.

Target pariwisata pada akhir 2019 yang tinggi itu juga diharapkan memberikan dampak dalam bentuk sumbangan kepada PDB nasional sebesar 8 persen, devisa Rp240 triliun, dan menciptakan lapangan kerja hingga 13 juta orang.

Seorang blog news marketing Wientor Rah Mada berpendapat Menpar Arief Yahya perlu  membuktikan keberhasilan dirinya dalam mengangkat pariwisata Indonesia sebab digital marketing adalah proses yang sangat fenomenal.

Menurut dia tidak seperti pemasaran konvensional, pemasaran via media digital ini sungguh sangat terukur karena informasi apa saja yang ingin diketahui dari trafik yang masuk dapat diungkap kapan saja.

"Digital marketing adalah satu-satunya jenis pemasaran yang bisa menjadi sangat presisi dan akurat. Keduanya, bisa mengakibatkan konversi yang tinggi dengan biaya yang minimum. Kata kunci keberhasilannya adalah pada pemanfaatan data yang terjaring," katanya.

Hal itu berarti pekerjaan rumah untuk mendigitalisasi pariwisata Indonesia sangatlah banyak.

Di era seperti sekarang ini, memang informasi yang bersumber pada internet menjadi andalan untuk menarik minat turis, tetapi, mempunyai website saja tidak cukup bahkan mempunyai aplikasi di Google Play atau di App Store saja juga tidak bisa disebut sebuah keberhasilan.

"Tetapi bagaimana pasar pariwisata nusantara dan mancanegara memanfaatkan teknologi ini yang penting," katanya.

Oleh karena itu Arief dinilainya perlu didukung oleh pemasar digital yang andal dan Indonesia adalah gudangnya pemasar jenis ini.

Faktanya jutaan dolar tiap bulan masuk ke Indonesia karena anak bangsa yang berprofesi sebagai internet marketer.

"Saya yakin, mereka akan dengan sangat senang hati membantu Kementerian Pariwisata. Untuk pariwisata Indonesia yang lebih baik," katanya.

Oleh Hanny Sofia
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014