London (ANTARA News) - Sebanyak 30 orang guru Pendidikan Agama Islam dari TK, SD, SMP, sampai SMA dari beberapa propinsi di Indonesia mengikuti program Pelatihan Pengayaan Teknik dan Metode Pengajaran Pendidikan Agama Islam yang diselenggarakan oleh University of Oxford, Inggris, dari tanggal 8-12 Desember mendatang.

Panitia Penyelenggara Shortcourse Metodologi bagi guru agama, Abdullah Hanif kepada Antara London, Senin sore mengatakan program pelatihan juga diikuti 10 perwakilan dari Kantor Wilayah Kementerian Agama dari Propinsi Aceh, Sumut, DKI Jakarta, Jabar, Jateng dan Jawa Timur serta Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

Dikatakannya selama mengikuti pelatihan para guru agama Islam bertemu dengan petugas Ofsted, (Office Standar Pendidikan) atau pengawas sekolah, dalam rangka mempelajari mekanisme monitoring dan pengawasan untuk memastikan kualitas kegiatan belajar mengajar pendidikan agama yang lebih baik.

Salah seorang peserta pelatihan Akhmad Khusaeri, guru pendidikan agama Islam di SD Islam Terpadu Nur Al-Rahman Kota Cimahi Jawa Barat Indonesia mengatakan program pelatihan sangat bermanfaat dalam , mendapatkan metodologi pembelajaran pendidikan agama yang reflektif, aktif, kreatif, efektif yang menyenangkan, serta metodologi pendidikan agama berwawasan multikultural dan demokratis.

"Saya senang bisa ikut dalam pelatihan yang di diselenggarakan tim pengajar dari MSc in Learning and Training (MLT) di Departemen Pendidikan, University of Oxford," ujar Siti Naila Butsiani dari SMKN2 Cilaku Cianjur Jawa Barat.

Menurut Siti Naila Butsiani, tidak mudah untuk bisa mengikuti pelatihan karena banyak peminat yang ingin ikut dari 405 orang yang pelamar akhirnya yang terpilih hanya 30 orang.

Hal yang sama juga diakui Tati Pudjiani guru SMP I Purworejo Jawa Tengah yang merasa beruntung bisa ikut dalam pelatihan yang sangat menarik apalagi ada kunjungan ke beberapa sekolah di Oxford.

Pelatihan disampaikan melalui ceramah kelas, observasi ajaran pendidikan agama di sekolah-sekolah di sekitar Oxford, kunjungan ke tempat-tempat ibadah dan pertemuan dengan narasumber, termasuk Ofsted dan Asosiasi Sekolah Muslim Inggris.

Para guru diharapkan untuk belajar tentang model Inggris pengajaran -dengan penekanan pada diskusi kelas dan penilaian kritis- dan bagaimana hal ini dapat diterapkan dalam konteks Indonesia.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof. Dr. Phil. Kamaruddin Amin, yang memulai program ini menyebutkan The University of Oxford terpilih sebagai mitra untuk proses pembelajaran berdasarkan rekomendasi dari delegasi dari Indonesia Departemen Agama dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang terkesan dengan desain pendidikan agama di Inggris.

Kunjungan ini merupakan bagian dari studi komprehensif tentang Pendidikan Agama di Sekolah, sebuah proyek oleh Depag Indonesia bekerjasama dengan analitis dan Kapasitas Program Pembangunan Kemitraan di Indonesia, disampaikan Kebijakan Oxford Management Limited.

"Saya berharap bahwa dengan mengekspos guru pendidikan agama Indonesia untuk keterampilan mengajar baru dan teknik, mereka akan mampu menciptakan generasi baru dari siswa kreatif dengan pikiran kritis," katanya.

Selama di Oxford para peserta pelatihan akan mengadakan kunjungan dan observasi kegiatan pembelajaran di beberapa sekolah seperti ke sekolah Lord William School, St Gregory the Great School, Caterton Community College, Matthew Arnold School, Chipping Norton School, Cheney School untuk tingkat SMP dan SMA serta Church Cowley St James dan John Henry Academy untuk tingkat SD dan TK. (ZG)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014