Jakarta (ANTARA News) - Satu temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Cognitive Therapy and Research Springer menyebutkan bahwa orang yang tidur terlalu singkat dan tidur larut malam kerapkali diselimuti pikiran negatif dibandingkan mereka yang tidur lebih teratur.

Jacob Nota dan Meredith Cole dari Binghamton University di Amerika Serikat mengungkapkan, orang mempunyai pikiran negatif berulang ketika muncul perasaan pesimistis yang mengganggu.  Mereka merasa seolah-olah tidak bisa mengatasinya.

Mereka juga cenderung merasa khawatir berlebihan tentang masa depan, terlalu banyak mengingat masa lalu dan pengalaman yang menjengkelkan.

Pikiran seperti itu umumnya dialami orang yang menderita gangguan kecemasan umum, gangguan depresi mayor, pasca-trauma stres,  gangguan obsesif kompulsif,  dan gangguan kecemasan sosial. Mereka ini juga cenderung memiliki masalah tidur.

Studi sebelumnya telah menghubungkan masalah tidur dengan pikiran negatif berulang, terutama dalam kasus orang yang jam tidurnya kurang.

Nota dan Coles kemudian melakukan penelitian lanjutan. Dalam penelitian itu, mereka melibatkan 100 orang dewasa muda untuk menyelesaikan tugas-tugas komputerisasi dan mengisi kuesioner.

Dalam prosesnya, para peneliti mengukur seberapa khawatir partisipan, merenungkan atau terobsesi pada sesuatu. Mereka juga menanyai para partisipan apakah lebih banyak melakukan kegiatan di pagi hari atau sore hari dan apakah lebih memilih tetap tidur pada jam-jam seperti biasanya.

Para peneliti menemukan, orang yang kurang tidur dan tidur terlalu larut lebih sering mengalami pikiran negatif lebih berulang daripada yang lain.

Hasil penelitian juga menunjukkan, gangguan tidur mungkin berhubungan dengan perkembangan pemikiran negatif berulang.

"Mempelajari hubungan antara penurunan durasi tidur dan psikopatologi telah menunjukkan kalau tidur menyebabkan pengurangan gejala psikopatologi," tambah Coles.

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014