Jakarta (ANTARA) - Peluncuran Danantara pada awal 2025 menjadi tonggak penting dalam upaya pemerintah Indonesia untuk memperkuat ekonomi domestik dan stabilitas mata uang nasional, Rupiah.

Danantara merupakan instrumen investasi yang dirancang untuk menarik dana dari investor domestik maupun asing, dengan harapan meningkatkan cadangan devisa dan memitigasi fluktuasi nilai tukar Rupiah.

Sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi global yang semakin kompleks, Danantara diharapkan menjadi salah satu strategi pengelolaan ekonomi yang dapat memberikan optimisme terhadap stabilitas nilai tukar Rupiah. Dalam konteks ini, penting untuk melihat dampak moneter sejak peluncuran Danantara, serta pembelajaran dalam pengelolaan investasi untuk memperkuat mata uang suatu negara.

Danantara diluncurkan dengan tujuan untuk menyediakan platform yang efisien dalam pengelolaan investasi jangka panjang, baik dari dana domestik maupun asing. Produk ini dirancang untuk meningkatkan likuiditas pasar, memperkuat cadangan devisa, dan mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri.

Danantara diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam menjaga stabilitas ekonomi, khususnya dalam mempertahankan kestabilan nilai tukar Rupiah

Sejak peluncuran Danantara, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS mengalami fluktuasi yang signifikan. Pada hari peluncuran, pasar keuangan merespons dengan penurunan tajam pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Rupiah.

IHSG turun 163 poin atau 2,2 persen, dan penurunan ini berlanjut hingga mencapai 480 poin atau 7,1 persen pada akhir minggu. Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS juga mengalami penurunan, dengan Rupiah ditutup pada level Rp16.355 per Dolar AS pada 16 Januari 2025.

Namun, fluktuasi ini tidak hanya disebabkan oleh peluncuran Danantara, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti kebijakan moneter Federal Reserve Amerika Serikat dan degradasi perusahaan-perusahaan Indonesia yang terdaftar di Morgan Stanley Capital International (MSCI). Selain itu, dinamika geopolitik dan ekonomi domestik juga turut mempengaruhi pergerakan nilai tukar Rupiah.

Pembelajaran dalam pengelolaan investasi dari beberapa negara telah berhasil menunjukkan investasi yang mereka lakukan dapat memperkuat mata uang dan perekonomian dalam negeri.

Beberapa contoh negara tersebut, misalnya: Singapura yang mengelola dana negara melalui Sovereign Wealth Funds (SWF), seperti Temasek Holdings dan GIC. Kedua lembaga ini berfokus pada diversifikasi investasi, yang memungkinkan negara tersebut untuk menjaga stabilitas Dolar Singapura (SGD). Singapura menunjukkan pentingnya transparansi dalam pengelolaan investasi dan diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko fluktuasi mata uang.

Selanjutnya Norwegia, melalui Government Pension Fund Global (GPFG), telah berhasil mengelola dana yang sangat besar yang berasal dari surplus minyak mereka. Negara ini menjaga kestabilan Krone dengan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan investasi dan menggunakan dana tersebut untuk memperkuat cadangan devisa dan menjaga daya beli mata uang mereka.

Negara ASEAN lainnya, yakni Malaysia, melalui Pengelolaan Khazanah Nasional danEmployee Provident Fund ( EPF), juga memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya investasi yang terdiversifikasi dan penggunaan instrumen investasi yang transparan untuk menjaga stabilitas Ringgit. Selain itu, Malaysia juga mengutamakan kebijakan fiskal yang efisien untuk mengelola fluktuasi mata uangnya.

Manajemen risiko

Meskipun Danantara menawarkan banyak potensi untuk memperkuat Rupiah, ada risiko yang perlu diantisipasi agar instrumen ini dapat berfungsi secara optimal. Berikut beberapa langkah yang perlu diambil dalam manajemen risiko terkait dengan Danantara.

Pertama, diversifikasi investasi.Salah satu langkah penting dalam manajemen risiko adalah melakukan diversifikasi portofolio investasi yang dikelola melalui Danantara. Diversifikasi dapat mengurangi ketergantungan pada sektor atau jenis aset tertentu yang rentan terhadap volatilitas. Sebagai contoh, dana yang dihimpun melalui Danantara dapat dialokasikan ke berbagai instrumen investasi, baik itu saham, obligasi, maupun proyek infrastruktur. Dengan begitu, meskipun ada guncangan di satu sektor, dampaknya terhadap perekonomian dan Rupiah akan lebih terbatas.

Kedua, pengelolaan risiko global. Indonesia harus siap menghadapi fluktuasi pasar global yang dapat mempengaruhi nilai tukar Rupiah, seperti perubahan kebijakan moneter di negara besar, seperti Amerika Serikat atau krisis keuangan global. Untuk itu, manajemen risiko Danantara harus mampu mengantisipasi ketidakpastian ini dengan melakukan analisis pasar secara terus-menerus dan menyesuaikan strategi investasi. Misalnya, jika ada ketegangan geopolitik atau perubahan kebijakan moneter global yang dapat menyebabkan volatilitas di pasar valuta asing, Indonesia harus siap melakukan intervensi yang tepat.

Ketiga, manajemen likuiditas. Mengelola likuiditas yang cukup dalam instrumen Danantara juga sangat penting agar dana yang dihimpun dapat segera digunakan untuk mendukung stabilitas ekonomi jika dibutuhkan. Dalam situasi di mana Rupiah tertekan, cadangan devisa yang tersedia melalui Danantara dapat digunakan oleh Bank Indonesia untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing. Oleh karena itu, penting bagi pengelola Danantara untuk memastikan bahwa dana yang terkumpul dapat dengan mudah diakses saat dibutuhkan.

Keempat, transparansi dan akuntabilitas. Agar Danantara benar-benar memberikan dampak positif terhadap stabilitas Rupiah, transparansi dalam pengelolaan dana adalah hal yang mutlak. Setiap keputusan investasi harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan adanya pengawasan yang baik, investor akan lebih yakin dalam menanamkan modalnya. Transparansi yang tinggi juga membantu pemerintah dalam mengelola risiko operasional dan menjaga kepercayaan pasar.

Kelima, mengantisipasi risiko eksternal. Fluktuasi harga komoditas global, seperti minyak dan gas, serta perubahan kebijakan moneter negara-negara besar, memiliki dampak besar terhadap perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, pengelola Danantara harus memantau dengan seksama kondisi pasar global dan siap dengan strategi untuk menanggulangi dampak negatif yang dapat mempengaruhi kestabilan ekonomi Indonesia dan nilai tukar Rupiah. Misalnya, jika harga komoditas turun drastis, Indonesia harus siap untuk mengelola cadangan devisa dan melakukan penyesuaian kebijakan yang sesuai.

Peluncuran Danantara menandai langkah penting dalam transformasi manajemen investasi strategis di Indonesia. Meskipun fluktuasi nilai tukar Rupiah menunjukkan tantangan awal, potensi jangka panjang dari Danantara untuk meningkatkan transparansi dan koordinasi dalam pengelolaan aset negara tidak dapat diabaikan.

Pembelajaran dari negara lain menunjukkan bahwa pengelolaan investasi yang baik dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian dan mata uang suatu negara. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk terus memperkuat tata kelola dan proses investasi Danantara agar dapat mencapai tujuan pembangunan nasional yang berkelanjutan.

Selanjutnya, optimisme terhadap stabilitas Rupiah dengan adanya Danantara sangatlah beralasan. Danantara memberikan peluang besar untuk meningkatkan aliran investasi, memperkuat cadangan devisa, dan mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri.

Dengan langkah-langkah pengelolaan risiko yang tepat, seperti diversifikasi investasi, manajemen likuiditas, transparansi, dan kesiapan menghadapi risiko eksternal, Danantara dapat berfungsi dengan baik dalam memperkuat stabilitas ekonomi Indonesia dan nilai tukar Rupiah.

Ke depan, penting bagi Indonesia untuk terus memperkuat strategi pengelolaan investasi dan kebijakan fiskal yang mendukung agar optimisme ini dapat terwujud secara berkelanjutan

*) Dr. M. Lucky Akbar, S.Sos, M.Si adalah Kepala Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan Jambi

Copyright © ANTARA 2025