Di sana Presiden Joko Widodo akan bertemu dengan para nelayan yang seharian beraktivitas di perairan sekitar Laut Timor, Selat Rote dan Laut Sawu untuk mengetahui secara langsung situasi dan kondisi yang ada,"
Kupang (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo dijadwalkan Sabtu (20/12) pagi akan menyempatkan waktu blusukan ke Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Pantai Oeba Kota Kupang, NTT.

"Di sana Presiden Joko Widodo akan bertemu dengan para nelayan yang seharian beraktivitas di perairan sekitar Laut Timor, Selat Rote dan Laut Sawu untuk mengetahui secara langsung situasi dan kondisi yang ada," kata Koordinator Himpunan Tani Nelayan Kota Kupang, Wahab Sidi, di Kupang, Jumat malam.

Pada kesempatan itu, lanjutnya, Presiden Jokowi akan memberikan Kartu Nelayan Peduli Maritim dan berdialog dengan mereka untuk mengetahui apakah ada kapal yang masih menjarah ikan di wilayah perairan setempat.

Sidik yang juga akan menerima kartu nelayan langsung dari Presiden Joko Widodo itu, mengatakan, dalam aktivitas di laut, sering menemukan kapal asing Porsine yang berlayar sekitar parairan selat Arafuru, namun tidak diketahui dengan pasti apakah melakukan ilegal fishing atau tidak.

"Kami berharap ada dampak kesejahteraan bagi para nelayan yang selama terhambat melakukan kegiatan karena minimnya fasilitas yang menim, sehingga lebih cenderung menangkap ikan secara tradisional ketimbang moderen," kata Ketua Bidang Organisasi, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Kupang itu .

Badan Koordinasi Pengamanan Laut (Bakorkamla) mengendus transhipment atau alih muatan di tengah laut sebagai modus pencurian ikan di wilayah perairan setempat.

"Praktik pencurian ikan juga dilakukan dengan modus transhipment (alih muatan) di tengah laut. Ini terjadi antara kapal berbendera Indonessia dengan kapal-kapal berbendera asing. Hal ini sangat merugikan negara karena berkaitan dengan pajak, sehingga tengah diendus untuk ditindak," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi NTT, Abraham Maulaka.

Selama ini, katanya, untuk melakukan pengawasan di wilayah perairan NTT, telah dibentuk Bakorkamla yang melibatkan sejumlah instansi terkait termasuk TNI Angkatan Laut dan Polair.

Dan saat ini, lanjutnya, sedang dilakukan operasi tim gabungan di wilayah selatan perairan Timor. Namun belum diketahui, apakah ada kapal berbendera asing yang tertangkap dalam operasi itu.

Dalam operasi itu katanya, sering ditemukan rumpon-rumpon yang dipasang di sekitar itu. Jika rumpon-rumpon itu tidak berdokumen akan diputuskan talinya. Demikian pula kapal-kapal asing yang memasuki wilayah perairan NTT, akan ditangkap dan disita dokumennya.

"Sejauh ini kapal-kapal asing jarang ditemukan masuk wilayah perairan NTT. Kebanyakan kapal-kapal dari luar yang mencari ikan di NTT berasal dari Bali. Namun, dengan modus banyak kapal asing yang menggunakan bendera Indonesia seperti yang tertangkap di beberapa tempat, maka kapal-kapal itu juga harus ditelusuri dokumennya," ujarnya.

Dia mengatakan, untuk pengamanan wilayah laut di NTT dibutuhkan tiga cluster pengawasan yakni pengawasan untuk perairan Timor yang berpusat di Kupang, perairan Flores di Maumere, dan perairan Sumba yang berpusat di Waikabubak.

"Karena dukungan peralatan yang sangat minim, pihaknya kesulitan mendeteksi kapal-kapal asing yang melakukan pencurian ikan di wilayah perairan NTT yang cukup luas ini," kata mantan Wakil Bupati Alor-NTT itu.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014