Nouakchott (ANTARA News) - Para pemimpin di wilayah Sahel Sub-Sahara Afrika, Jumat menyeru PBB membentuk satu pasukan internasional "untuk melumpuhkan kelompok-kelompok bersenjata" yang menimbulkan kekacauan di Libya.

Imbauan itu datang pada akhir satu KTT kawasan mengenai "Proses Nouakchott", nama untuk satu prakarsa di ibu kota Mauritania Maret 2013 untuk mendorong kerja sama dikalangan 11 negara peserta.

Dalam satu pernyataan, para pemimpin Chad,Mali, Niger, Mauritania dan Burkina Faso menyerukan Dewan Keamanan PBB "membentuk satu pasukan internasional untuk melumpuhkan kelompok-kelompok bersenjata, membantu rekoniliasi nasional dan menstabilkan institusi-institusi demokratik" di Libya. Rencana itu akan diselenggarakan dengan konsultasi dengan Uni Afrika, kata mereka.

Tuan rumah Presiden Mohamed Ould Abdel Aziz mengemukakan kepada wartawan: "Badan-badan yang terpilih, terutama Parlemen Libya, membutuhkan kekuatan untuk melaksanakan program-program mereka."

Libya dilanda kekacauan sejak jatuhnya orang kuat Muamar Gaddafi tahun 2011, dengan negara itu dipimpin dua parlemen dan dua pemerintah-- satu dari kelompok Islam dan yang lainnya diakui masyarakat internasional-- yang berjuang bagi kekuasaan.

KTT itu, yang bertemakan " satu tempat bagi keamanan bagi pembangunan global" adalah pertama sejak Aljazair, Burkina Faso , Chad, Guinea, Pantai Gading, Libya, Mali, Mauritania, Niger, Nigeria dan Senegal menandatangani bagi proses itu.

Abdel Aziz, yang juga ketua-ketua Uni Afrika mengemukakan kepada rekan-rekannya serta delegasi-delegasi lainnya tentag satu keputusan bersama untuk melaksanakan "satu perang tanpa ampun terhadap terorisme dan kejahatan yang terorganisasi".

Di seluruh wilayah luas Sahel, ancaman-ancaman datang dari kelompok garis keras Boko Haram di Nigeria utara, yang menurut para pejabat lokal telah menculik setidaknya 185 warga desa-desa dalam serangan skala luas terbaru, Ahad, kelompok garis keras Islam yang diusir dari kota-kota Mali utara oleh tentara Prancis tahun lalu dan kini bertahan di gurun itu, demikian AFP.

(Uu.H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014