Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengingatkan pentingnya peningkatan kesadaran masyarakat tentang pendidikan inklusif sebagai upaya mewujudkan pemerataan layanan pendidikan bagi setiap warga negara.
"Stigma negatif masyarakat terhadap layanan pendidikan yang inklusif merupakan tantangan yang harus dijawab dengan langkah nyata dari semua pihak yang terkait," kata Rerie, sapaan karibnya, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, diperlukan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya pendidikan inklusif secara konsisten guna mengatasi stigma yang ada di tengah masyarakat.
Selain itu, perlunya peningkatan kompetensi para tenaga pendidik dalam menerapkan metode pengajaran inklusif dalam memenuhi kebutuhan khusus siswa.
Oleh karena itu, Rerie mengatakan penting untuk melaksanakan pelatihan guru, termasuk mengintegrasikan materi disabilitas dan pendidikan inklusif dalam kurikulum sekolah secara konsisten.
Baca juga: Kemendikdasmen: Stigma masih jadi tantangan pendidikan inklusif
Dia berharap dengan kesiapan para tenaga pengajar dan pemahaman masyarakat yang meningkat maka pendidikan inklusif di tanah air dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya.
"Sehingga penerapan pendidikan inklusif yang meluas diharapkan mampu ikut mewujudkan layanan pendidikan yang lebih merata bagi setiap warga negara," katanya.
Sebelumnya, pada Selasa (11/3), Direktorat Guru Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non-Formal (PAUD PNF) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan stigma masih menjadi tantangan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang inklusif.
Baca juga: Guru diharapkan dukung pendidikan inklusif di sekolah
Direktur Guru PAUD PNF Kemendikdasmen Suparto mengatakan sudah lebih dari 36.000 satuan pendidikan yang berkomitmen sebagai penyelenggara pendidikan inklusi dengan berbagai tantangan yang dihadapi, utamanya berkaitan dengan stigma negatif.
"Salah satu kunci dalam pelaksanaan pendidikan inklusi adalah penerapan kurikulum yang berprinsip fleksibilitas dan adaptif sesuai dengan kondisi karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Namun, masih ada stigma negatif masyarakat tentang satuan pendidikan yang menerapkan kelas inklusi," kata Suparto dalam webinar bertajuk "Pengelolaan Kelas Inklusi pada Pendidikan Anak Usia Dini di Jakarta".
Selain stigma negatif, ia menambahkan tantangan lainnya ialah pengetahuan dan pengalaman pendidik PAUD tentang pendidikan inklusi yang masih terbatas.
Baca juga: Pimpinan MPR dorong percepatan realisasi pendidikan yang inklusif
Baca juga: Mendikdasmen pemerintah terus berupaya bangun pendidikan inklusif
Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2025