Jakarta (ANTARA) - Setelah perusahaan rintisan DeepSeek meraih popularitas tiba-tiba pada Januari lalu dengan peluncuran model penalaran kecerdasan buatan (AI) terbuka mereka yakni R1, perusahaan tersebut kini beroperasi di bawah pengawasan ketat pemerintah China.
Dilasir dari Tech Crunch pada Sabtu, menurut laporan The Information, beberapa karyawan DeepSeek dilarang bepergian ke luar negeri secara bebas, dan pemerintah China kini berperan aktif dalam menyaring calon investor.
DeepSeek menerapkan pembatasan perjalanan ini dengan menahan paspor karyawan tertentu melalui perusahaan induknya, High-Flyer yakni sebuah firma hedge fund kuantitatif.
Langkah ini diambil beberapa minggu setelah muncul laporan bahwa pemerintah China menginstruksikan para peneliti dan pengusaha AI untuk menghindari perjalanan ke Amerika Serikat, dengan alasan kekhawatiran terhadap kebocoran rahasia dagang.
Baca juga: Jubir: Kemajuan DeepSeek tunjukkan inklusivitas teknologi China
Baca juga: Terobosan AI DeepSeek dapat pengakuan luas dari industri teknologi AS
Diketahui, popularitas DeepSeek melonjak beberapa waktu terakhir hingga membuat aplikasi AI tersebut menempati posisi teratas di App Store dan Play Store.
Di sisi lain, muncul kekhawatiran mengenai keamanan data di aplikasi tersebut karena DeepSeek menghimpun dan menyimpan data di server mereka yang berada di China, sehingga berpotensi akan bocor ke pemerintah China.
Ratusan perusahaan di seluruh dunia dikabarkan melarang pegawainya untuk menggunakan chatbot kecerdasan buatan (AI) DeepSeek. Hal tersebut dilaporkan oleh kepala bagian teknologi perusahaan keamanan siber Armis Inc, Nadir Izrael.
Baca juga: Wamenkomdigi nilai ide Luhut bangun DeepSeek versi Indonesia brilian
Menurut dia, ratusan perusahaan, terutama yang terkait dengan pemerintah, memblokir akses DeepSeek karena potensi ancaman kebocoran data ke pemerintah China. Nadir mengatakan, 70 persen klien Armis mengajukan pemblokiran akses terhadap chatbot DeepSeek.
Hal serupa juga disampaikan Netskope Inc, layanan yang digunakan perusahaan untuk membatasi akses pegawainya ke website tertentu. Sebanyak 52 persen klien Netskope juga mengajukan pemblokiran akses DeepSeek.
Aplikasi DeepSeek menjadi chatbot alternatif ChatGPT yang didukung oleh model V3 buatan China. Pengguna dapat memakai chatbot ini untuk menganalisis file, menjawab pertanyaan, dan mendapatkan informasi dari web.
Aplikasi gratis ini juga memungkinkan pengguna mengunggah file dan menyinkronkan riwayat obrolan di seluruh perangkat.
Baca juga: Daftar negara yang larang DeepSeek AI cegah kebocoran data
Baca juga: Kemkomdigi mengkaji manfaat dan potensi ancaman dari model AI DeepSeek
Penerjemah: Farhan Arda Nugraha
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2025