Pemerintah mungkin perlu penetrasi ke pasar ekspor yang ada di ASEAN, karena ASEAN pada Januari-Februari 2025 ini naiknya 46 persen. Pasar di ASEAN masih bagus
Jakarta (ANTARA) - Ekonom yang juga Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai peluang ekspor Indonesia bisa ditingkatkan ke negara-negara Perhimpunan Negara-Negara di Asia Tenggara (ASEAN) guna mempertahankan surplus perdagangan.
“Pemerintah mungkin perlu penetrasi ke pasar ekspor yang ada di ASEAN, karena ASEAN pada Januari-Februari 2025 ini naiknya 46 persen. Pasar di ASEAN masih bagus,” kata Bhima kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia surplus 3,12 miliar dolar AS atau turun sebesar 0,38 miliar dolar AS secara bulanan.
Adapun berdasarkan catatan BPS, nilai ekspor produk nonmigas Indonesia ke kawasan ASEAN pada Januari-Februari 2025 mengalami peningkatan sebesar 2,26 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Selain itu, Bhima menilai Indonesia juga perlu menemukan pasar-pasar ekspor alternatif demi menjaga surplus perdagangan serta mengantisipasi perang dagang.
“Menemukan pasar ekspor alternatif terutama di Amerika Selatan, Kepulauan Pasifik, Asia Selatan dan Timur Tengah yang prospek. Jadi harus ada misi dagang khusus ke negara-negara alternatif yang potensial,” ujar dia.
Di sisi lain, BPS juga mencatat bahwa surplus pada Februari 2025 lebih ditopang pada surplus pada komoditas nonmigas yang sebesar 4,84 miliar dolar AS, yang terdiri dari lemak dan minyak nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas mencatat defisit 1,72 miliar dolar AS yang berasal dari hasil minyak maupun minyak mentah.
Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan beberapa negara, tiga terbesarnya adalah China sebesar 1,76 miliar dolar AS, Australia 0,43 miliar dolar AS, dan Brasil 0,17 miliar dolar AS.
Lebih lanjut, komoditas penyumbang defisit terbesar pada Februari 2025 adalah mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya, lalu mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, dan juga kendaraan dan bagiannya dengan Tiongkok.
Untuk Australia, defisit disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral, terutama batu bara, kedua biji logam kelap dan abu, dan ketiga serealia. Brasil, disumbang oleh ampas dan sisa industri makanan, terutama untuk pakan perlahan, kemudian kapas dan juga gula.
Baca juga: BRIN: Perlu diversifikasi produk dan pasar jaga kualitas neraca dagang
Baca juga: Ekonom: Kenaikan ekspor ke AS perlu dibarengi antisipasi perang dagang
Baca juga: Mendag: Ekspor ditingkatkan untuk pertahankan surplus perdagangan
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025