Yang kami utamakan adalah identifikasi daripada autopsi, agar keluarga bisa segera mengetahui apakah ini adalah bagian dari keluarganya atau tidak
Surabaya (ANTARA News) - Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek menegaskan, pemeriksaan terhadap jenazah kecelakaan pesawat AirAsia QZ 8501 lebih diutamakan pada identifikasi daripada autopsi, agar bisa segera diserahkan kepada keluarga korban.

"Yang kami utamakan adalah identifikasi daripada autopsi, agar keluarga bisa segera mengetahui apakah ini adalah bagian dari keluarganya atau tidak," kata Nila dalam keterangan pers AirAsia di Surabaya, Sabtu.

Nila mengatakan, identifikasi perlu segera dilakukan untuk mengetahui identitas keluarga, sehingga bisa segera diserahterimakan kepada keluarga dan dimakamkan, karena keluarga juga ingin segera mengetahui keberadaan anggota keluarganya.

Sementara untuk autopsi atau pemeriksaan jenazah demi kepentingan mengetahui penyebab kecelakaan, juga akan dilakukan namun tidak kepada semua jenazah dan hanya dilakukan kepada pilot, kapilot serta sebagian penumpang.

"Untuk mengetahui penyebab kecelakaan tidak hanya dilakukan melalui satu cara, yakni autopsi, melainkan bisa menggunakan beberapa cara dan tidak harus autopsi," katanya.

Ia mengharapkan, identifikasi yang dilakukan oleh tim identifikasi Polda Jatim bisa dilakukan secara cepat, agar pihak keluarga korban bisa segera mengetahui keberadaan anggota keluarganya.

Sementara itu, kedatangan menkes ke tempat identifikasi jenazah korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ 8501 dilakukan untuk melihat kerja keras tim kesehatan dalam identifikasi setiap jenazah.

Ia mengaku, kementeriannya terus mendukung dan membantu untuk kepentingan identifikasi jenazah, karena keberadaan jenazah sudah lama berada di dalam air.

"Yang kami turunkan bukan hanya tim dari Universitas Airlangga (Unair) atau RS Bhayangkara, sebab beberapa ahli kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gajah Mada serta kementerian kesehatan juga turut membantu," katanya.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015