Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pariwisata menekankan bahwa keberlanjutan destinasi dapat memengaruhi pendapatan suatu daerah dan kunjungan wisatawan di masa depan.

"Kuncinya di sana, pemerintah daerah, ini kepentingan mereka untuk menjaga wilayahnya. Kenapa? Karena berhubungan dengan pemasukan daerah," kata Deputi Bidang Pemasaran Kemenpar Ni Made Ayu Marthini usai menghadiri konferensi pers di Jakarta, Rabu.

Menanggapi adanya temuan ladang ganja di Bromo, Made menyatakan bahwa pemerintah daerah sangat perlu memperhatikan keberlanjutan dari destinasi wisata yang ada di daerahnya. Hal tersebut dikarenakan para turis kini mengutamakan kualitas, kenyamanan dan kebersihan destinasi wisata.

Segala bentuk tindakan yang sekiranya dapat mengganggu kenyamanan wisatawan diharapkannya tidak dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat yang tinggal di destinasi wisata.

Adapun segala bentuk sanksi dan tindakan yang perlu diambil terkait dengan ladang ganja, Made menekankan temuan tersebut merupakan ranah dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Baca juga: Kemenhut bantah pembatasan drone terkait temuan ladang ganja di TNBTS

"Kalau tidak kita jaga, kita biarkan bablas begitu saja, nanti orang tidak akan ke sana, yang rugi siapa? Masyarakat," kata Made.

Meski demikian, Made menekankan bahwa sektor pariwisata juga mempunyai andil dalam menjaga keberlangsungan lingkungan.

Sebagai upaya meningkatkan kenyamanan wisatawan dan menjaga destinasi tetap berkelanjutan, Kementerian Pariwisata sedang menjalankan lima program unggulan untuk tahun 2025, salah satunya berkaitan dengan menjaga alam tetap bersih dari sampah dan mendorong aspek pariwisata jadi ramah lingkungan.

Program yang dijalankan bertajuk "Gerakan Wisata Bersih" bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik pariwisata Indonesia. Program tersebut mendorong adanya kerja sama pemerintah dan masyarakat untuk menangani masalah sampah bersama-sama.

Area yang diperhatikan pun tidak hanya di destinasi wisata tetapi juga kebersihan laut dan sungai. Gerakan Wisata Bersih juga dijalankan sambil memberikan edukasi penanganan sampah berbasis komunitas di destinasi wisata.

Baca juga: TNBTS sebut penemuan ladang ganja di luar jalur Bromo dan Semeru

"Tidak cukup hanya memungut sampah, itu harus diolah dan itu yang penting. Makanya kita ajak industri-industri, para mitra-mitra ini bersama karena kepentingan mereka juga," ujar dia.

Kementerian Pariwisata saat ini juga sedang berusaha menggalakkan promosi pariwisata yang berbasis minat khusus seperti gastronomi atau kuliner, kelautan (marines) dan kebugaran (wellness). Ia menyatakan Indonesia sangat kaya akan ketiga wisata tersebut.

Made mencontohkan Indonesia punya beragam wisata kebugaran mulai dari spa, massage, meditasi, kebugaran melalui kearifan lokal seperti pencak silat atau ilmu-ilmu lokal dan lain sebagainya. Hal tersebut tidak kalah dengan Jepang yang memiliki wisata memeluk pohon untuk menenangkan jiwa wisatawan.

Di sisi kelautan, Raja Ampat sudah dinobatkan sebagai lokasi diving terbaik dunia, sehingga Indonesia tidak perlu pesimis terhadap potensi yang dimiliki.

Sebelumnya pada Selasa (18/3) tersiar warta bahwa ada 59 titik ladang ganja di kawasan TNBTS Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Lumajang melalui pantauan drone di udara.

Ladang ganja itu menempati luas satu hektare, dengan setiap titiknya memiliki luas yang bervariasi mulai dari 4-16 meter persegi.

Diketahui bahwa Kepolisian Resor Lumajang telah menetapkan empat tersangka yang merupakan warga Desa Argosari, Kecamatan Senduro. Ke empatnya saat ini tengah menjalani proses hukum di Pengadilan Negeri Lumajang.

Sementara itu. Kementerian Kehutanan telah membantah penemuan ladang ganja di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) terkait pembatasan penggunaan drone dan rencana penutupan kawasan wisata di wilayah itu.

Baca juga: Menpar imbau pengelola destinasi patuhi aturan dan perizinan dasar

Baca juga: Kemenpar imbau wisatawan cermat pilih penginapan demi hindari penipuan

Baca juga: Menpar sebut pergerakan wisnus saat Lebaran capai 140 juta jiwa

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025