Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) berhasil melakukan pengembangan aplikasi pengendalian penyakit ikan Sistem Pelaporan Cepat Penyakit Ikan (Sicekatan).

Aplikasi Sicekatan tersebut menurut Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu merupakan bagian Program Kerja Sama TCP/INS/3903 yang dilaksanakan sejak pertengahan 2023 hingga awal 2025.

Dikatakannya proyek dua tahun TCP/INS/3903 sangat penting dalam mengimplementasikan salah satu kebijakan KKP yaitu pengembangan perikanan budi daya di laut, pesisir dan darat yang berkelanjutan berbasis ekonomi biru.

“Proyek kerja sama ini sangat mendukung sub sektor perikanan budi daya yang menjadi salah satu tulang punggung percepatan target swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional,” kataTebe dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Dirjen menegaskan program ekonomi biru Menteri Sakti Wahyu Trenggono berhasil meningkatkan produksi ikan hasil budidaya di tahun 2024 sebesar 13,64 persen dari tahun sebelumnya.

Tantangan dalam produksi perikanan budidaya, lanjutnya, di antaranya serangan penyakit yang menginfeksi ikan berupa virus, bakteri, jamur maupun parasit.

Melalui kerjasama dengan FAO tersebut, menurut dia, sangat membantu dalam meningkatkan kesiapsiagaan pengendalian penyakit ikan melalui peningkatan sistem tanggap darurat wabah penyakit ikan di Indonesia.

Dikatakannya, tiga output dari proyek kerja sama TCP/INS/3903 yaitu peningkatan kapasitas penilaian risiko guna meminimalisir risiko masuk dan tersebarkan penyakit ikan.

Kemudian, penguatan kapasitas Pos Pelayanan Kesehatan Ikan dan Lingkungan Terpadu (POSIKANDU), serta peningkatan keterampilan dan pengetahuan dalam perencanaan tanggap darurat penyakit ikan.

Direktur Ikan Air Laut Ditjen Perikanan Budi Daya KKP, Tinggal Hermawan salah satu pencapaian dari kerjasama tersebut yakni dikembangkannya sistem informasi aplikasi SSMPI dan Sicekatan versi web dan juga aplikasi Sicekatan versi mobile.

"Aplikasi tersebut diharapkan dapat diakses pada minggu kedua April 2025," katanya.

Melalui aplikasi Sicekatan, tambahnya, pembudidaya ikan dapat melaporkan gejala dan dokumentasi penyakit ikan dengan lebih mudah dan mendapatkan saran penanganan dengan cepat dan tepat dari gugus tugas tanggap darurat penyakit ikan.

Jika diperlukan, sistem ini juga melibatkan pengujian laboratorium guna menghadirkan solusi penanganan yang lebih spesifik.

Sementara itu Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal menyatakan sebelumnya sistem peringatan penyakit yang berbasis SMS, data dari pembudi daya ikan mengenai kejadian penyakit ikan sangat terbatas.

Melalui dukungan proyek kerjasama ini, sistem Sicekatan ini telah dioptimalkan menjadi sistem berbasis Android yang lebih mudah diakses dan praktis serta dilengkapi dengan lebih banyak informasi dan juga menu yang interaktif.

"Dengan begitu, diharapkan koordinasi dalam penanganan penyakit ikan oleh gugus tugas dapat menjadi lebih cepat,” katanya.

Baca juga: BRIN tengah kembangkan vaksin ikan untuk jaga produktivitas pangan

Baca juga: KKP-Norwegia sinergi penanganan penyakit ikan budi daya di Indonesia

Baca juga: RI-Jepang sepakat kerja sama kembangkan industri perikanan

Pewarta: Subagyo
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025