Jakarta (ANTARA) - Perusahaan Haleon melalui merek produk kesehatan giginya Sensodyne berkolaborasi bersama Fakultas Kesehatan Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) dan IQVIA merilis studi baru mengenai pengaruh gigi sensitif di Indonesia pada kehidupan sehari-hari.
Tidak sedikit orang masih menganggap sensitivitas gigi masalah sepele atau hal alami seiring penuaan, padahal, kondisi ini bisa menjadi tanda awal melemahnya enamel dan terbukanya dentin, yang jika tidak ditangani bisa semakin memburuk, kata General Manager Haleon Indonesia, Dhanica Mae Dumo-Tiu, dalam konferensi pers di Jakarta, pada Kamis.
Haleon melalui Sensodyne sebagai komitmen untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut masyarakat.
"Haleon percaya bahwa kesehatan gigi yang baik akan membawa dampak positif bagi kesehatan secara menyeluruh. Gigi sensitif perlu ditangani dengan lebih serius, karena ini bukan sekadar masalah gigi, melainkan juga berpengaruh pada kualitas hidup," katanya.
Baca juga: Dokter sebut rasa ngilu pada gigi bukan sesuatu yang normal
Baca juga: Scaling gigi saat berpuasa, batal atau tetap sah ibadah kita?
Studi terbaru yang dilakukan pada awal tahun 2025 menunjukkan bahwa 9 dari 10 penderita gigi sensitif mengalami penurunan kualitas hidup yang signifikan, dengan 93 persen responden menyatakan bahwa kehilangan kenikmatan makan dan minum karena kondisi gigi sensitif.
Studi ini juga mengungkapkan bahwa gigi sensitif memengaruhi pada psikologis yang mendalam, termasuk kesehatan emosional dan kepercayaan diri dalam bersosialisasi.
Sebanyak 92 persen responden menggambarkan sensitivitas gigi sebagai hal yang mengganggu atau menyebalkan. Sementara 86 persen merasa cemas akan rasa sakit saat makan, membuat banyak dari mereka menghindari acara sosial dan hidup dalam ketidaknyamanan.
Pakar dan akademisi dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Dr. drg. Fatimah Maria Tadjoedin, Sp. Perio(K) mengingatkan bahwa gigi sensitif memerlukan penanganan yang benar sehingga penting untuk masyarakat menyadarinya.
"Gigi sensitif dapat dikelola dengan penanganan yang tepat. Menggunakan pasta gigi khusus, menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik, serta berkonsultasi dengan dokter gigi dapat membawa perubahan besar bagi kesehatan gigi di jangka panjang dan kesehatan kita secara keseluruhan," ujarnya.
Temuan penelitian ini juga sejalan dengan tema Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia 2025 yang mengusung "A Happy Mouth is a Happy Mind", di mana menekankan pentingnya hubungan antara kesehatan gigi dan emosional.
Baca juga: Sering mengganti sikat gigi penting untuk jaga kesehatan mulut
Baca juga: Mencegah kerusakan gigi saat menikmati makanan di pesta
Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025