Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 14 warga mengalami sakit akibat terpapar bau dari fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar atau "Refuse Derived Fuel" (RDF) Plant Jakarta di Rorotan, Jakarta Utara.

"Kemarin ada 11 (orang) terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan tiga orang terkena infeksi mata," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Asep Kuswanto usai meresmikan TPS 3R Semper, Cilincing, Jakarta Utara, Jumat.

Asep mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk melakukan kunjungan ke warga yang dilaporkan terdampak tersebut.

"Saya sudah koordinasi kemarin dengan Ibu Kepala Dinas Kesehatan untuk melakukan kunjungan dan melihat kondisi anak-anak tersebut," kata dia.

Menurut informasi, belasan warga yang rata-rata adalah anak-anak itu terkena penyakit akibat limbah udara (bau) yang ditimbulkan dari pengujian RDF Rorotan beberapa waktu lalu.

Baca juga: Pemprov DKI tambah empat TPS 3R di tiga wilayah

Baca juga: Pandawara nilai banjir karena sampah dan alih fungsi saluran air

Merespon hal tersebut, Gubernur Jakarta Pramono Anung mengatakan Pemprov DKI akan bertanggung jawab mengatasi masalah kesehatan yang dialami warga.

"Sudah saya putuskan, siapapun yang sekarang ini terdampak karena kemarin, kesalahan kami dan saya sudah minta maaf untuk itu. Pemerintah Jakarta bertanggung jawab untuk kesehatannya," kata dia.

Adapun RDF Plant di Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, akan diresmikan pada April 2025. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berjanji akan terus melakukan berbagai perbaikan sehingga fasilitas tersebut dapat beroperasi sempurna.

Namun, saat pengujian fasilitas dilakukan beberapa waktu lalu, warga Rorotan mengaku mencium bau sampah dari RDF Plant Jakarta.

Menanggapi keluhan tersebut, Project Manager Pembangunan RDF Plant Jakarta KSO Wika-Jaya Konstruksi, Angga Bagus mengatakan, bau muncul disebabkan pengaturan unit "Advanced Oxidation Process" (AOP) atau proses oksidasi pada "deodorizer" (penghilang bau) belum beroperasi penuh.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2025