Total gabah kering panen (GKP) yang sudah kita beli dari tim jemput gabah atau tim pengadaan langsung di lapangan, itu total yang sudah kita beli sekitar 5.000 ton untuk seluruh wilayah Solo Raya

Sragen, Jawa Tengah (ANTARA) - Perum Bulog mencatat telah menyerap 5.000 ton gabah kering panen (GKP) di wilayah Solo Raya, Jawa Tengah, untuk mendukung ketahanan pangan dan memaksimalkan hasil panen padi milik petan di daerah tersebut.

Wakil Pemimpin Cabang Bulog Surakarta Dicky Yusfarino ditemui di Sentra Penggilingan Padi Sragen di Sragen, Jawa Tengah, Jumat, mengatakan bahwa dalam melakukan pembelian gabah petani, pihaknya memiliki dua skema, pertama jemput bola dan kedua bekerja sama dengan mitra maklon.

"Total gabah kering panen (GKP) yang sudah kita beli dari tim jemput gabah atau tim pengadaan langsung di lapangan, itu total yang sudah kita beli sekitar 5.000 ton untuk seluruh wilayah Solo Raya," kata Dicky.

Dia menyampaikan bahwa serapan itu tersebar dari tujuh wilayah kerja yang meliputi enam kabupaten dan satu kota di Solo Raya mencakup Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten.

Dia menambahkan bahwa musim panen dimulai di wilayah Sragen dan diikuti oleh Klaten, Sukoharjo, serta sebagian Karanganyar, sehingga hampir semua wilayah tersebut melakukan panen secara serentak.

"Jadi memang kalau melihat musim panen itu awalnya memang paling banyak di wilayah Sragen. Jadi memang hampir panen itu secara serentak tetapi memang didahului oleh wilayah Sragen," ujarnya.

Ia menyebutkan, dari total serapan gabah, Bulog Surakarta mengandalkan kapasitas pengeringan sekitar 600 ton per hari, dengan 120 ton di antaranya dikelola di Sentra Penggilingan Padi (SPP) Sragen.

Pada proses pengeringan, Bulog Surakarta menggunakan teknologi dryer terbaru yang mampu mengeringkan gabah dalam waktu sekitar 24 jam hingga 48 jam, tergantung jenis dryer yang digunakan.

"Jadi karena jenis dryernya berbeda-beda. Kalau di sini kita lihat memang dryernya sudah cukup, teknologinya sudah terbaru. Tetapi kalau lihat rekanan mitra maklon kita yang kecil-kecil, ya itu memang kapasitasnya paling 10 ton," katanya.

Wakil Pemimpin Wilayah Bulog Jawa Tengah Fadillah Rachmawati (kiri), Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan atau Presidential Communication Office (PCO) Prita Laura (kedua kiri), General Manajer Unit Bisnis Industri Bulog Andy Nugroho (tengah), Manajer Operasi Sentra Penggilingan Padi Sragen UB Industri Regional II Surabaya Willy Adi Purba (kedua kanan), Wakil Pemimpin Cabang Bulog Surakarta Dicky Yusfarino (kanan) di Sragen, Jawa Tengah, Jumat (21/3/2025). ANTARA/Harianto

Namun, Dicky juga menyebutkan bahwa mitra maklon yang lebih kecil memiliki kapasitas dryer yang terbatas, dengan sebagian besar menggunakan sistem bed dryer yang masih semi-mekanis untuk pengeringan gabah.

Sebagai upaya untuk mendukung ketahanan pangan, Bulog Surakarta terus berkoordinasi dengan berbagai mitra dan rekanan guna meningkatkan kapasitas pengeringan gabah, sehingga proses serapan beras lebih maksimal.

Dalam melakukan pembelian gabah, Perum Bulog melakukan dengan harga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yakni Rp6.500 per kilogram.

Di tempat yang sama, Wakil Pemimpin Wilayah Bulog Jawa Tengah Fadillah Rachmawati mengatakan bahwa dalam memaksimalkan penyerapan pihaknya menggandeng pemerintah daerah hingga babinsa yang bertugas di masing-masing wilayah.

Menurut dia, babinsa cukup memegang peran penting karena mendampingi petani sejak sebelum awal menanam hingga masa panen.

"Kami menyarankan (petani jual gabah) ke Bulog karena harganya terjamin begitu Rp6.500 per kg, sudah tidak dibawa itu, ini untuk meningkatkan nilai tukar petani atau NTP itu. Seperti itu, jadi tidak ada paksaan tapi ini bentuknya imbauan karena kami menjamin harga," kata Fadillah.

Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Arwakhudin Widiarso menegaskan bahwa pihaknya tetap berkomitmen untuk mendukung swasembada pangan melalui pembelian gabah dan beras dari petani dalam negeri. Secara nasional, Perum Bulog telah menyerap 300.000 ton gabah setara beras.

“Dalam 5 tahun terakhir penyerapan sebanyak 300.000 ton setara beras merupakan angka tertinggi, rata-rata penyerapan harian sudah belasan ribu ton, semoga kami bisa terus menjaga momentum ini menjelang panen raya di akhir Maret hingga April nanti,” kata Arwakhudin dalam keterangan di Jakarta, Jumat (14/3).

Baca juga: Wamentan: Bulog lakukan jemput bola serap gabah kering panen petani

Baca juga: "Brotherhood Spirit" Bulog dan petani untuk wujudkan kedaulatan pangan

Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025