Jakarta (ANTARA News) - Paris dijaga ketat oleh petugas bersenjata setelah penembakan terhadap staf majalah satir mingguan Charlie Hebdo, Rabu (7/1) .

Galeries Lafayette, salah satu pusat perbelanjaan terkenal di sana, dijaga oleh petugas keamanan setelah serangan tersebut.

"Penyerang masih berkeliaran, kalian harus waspada," kata salah satu manajer kepada enam orang penjaga yang mengenakan rompi merah, seperti yang diberitakan Agence France-Presse.

"Jika mereka bersenjata, jangan memulai perang. Sembunyi!"

Pemerintah Prancis meningkatkan status waspada ke level tertinggi segera setelah serangan dan menugaskan sekitar 500 polisi di seluruh kota.

Petugas keamanan juga terllihat di pusat perbelanjaan Printemps. Tempat yang biasa dipenuhi para pemburu diskon, kini terlihat kosong.

"Pengunjungnya menurun empat kali lipat dari biasanya," kata Ylhan, warga yang bekerja dekat toko tersebut.

Menurut Ylhan, kondisi di Paris sekarang menakutkan dengan adanya bunyi sirine sepanjang hari.

"Kami ini negara yang menganut kebebasan berekspresi. Mengejutkan mengalami hal seperti ini di Prancis," kata dia.

Di Stasiun Lazare, sekitar 100 orang menunggu dekat peron yang kosong sementara tim penjinak bom memeriksa bungkusan yang mencurigakan.

"Ini mengerikan," kata Anne Pajon, orang Skotlandia yang telah tinggal di Paris selama 20 tahun.

Pajon mengirim beberapa SMS kepada keluarga dan kerabatnya untuk menanyakan kondisi mereka.

"Hal yang meresahkan adalah kita tidak bisa apa-apa. Terorisme menyasar apa pun yang kita lakukan. Kita tidak bisa apa-apa," tambah Pajon.

Menteri dalam negeri meningkatkan keamanan untuk tempat wisata, bangunan ibadah dan kantor media dengan menempatkan tentara dan petugas keamanan ekstra di sana.

Polisi bersenjata juga terlihat di depan kantor AFP dan koran Le Monde.

Sekolah pun dijaga ketat. Perjalanan dan aktivitas luar ruangan ditiadakan hingga pengumuman lebih lanjut dari menteri pendidikan.

"Kami tidak boleh berada di depan sekolah dan diminta tidak berkerumun," kata Clara Delattre, siswi sebuah sekolah di Paris Selatan.

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015