Manado (ANTARA News) - Pemerintah Manado, Sulawesi Utara, akan menerbitkan aturan larangan menjual satwa langka untuk dikonsumsi di pasar tradisional.

"Hal tersebut akan dilakukan untuk menjaga agar jangan ada satwa liar langka yang dibantai dan dijual di pasar tradisional untuk dikonsumsi manusia," kata Wali Kota Manado Vicky Lumentut di Manado, Sabtu.

Vicky mengatakan untuk itu pemerintah akan berkoordinasi dengan DPRD Manado, dan akan minta lembaga legislatif tersebut agar memberi persetujuan untuk penerbitan pelarangan walaupun dalam bentuk Peraturan Wali Kota dulu.

"Dengan begitu, akan ada aturan tegas yang mengatur, sehingga tidak akan ada satwa liar yang dibunuh dan dijual untuk konsumsi di pasar-pasar tradisional Manado nantinya," katanya.

Vicky mengatakan ketika Perwal tentang hal tersebut sudah diterbitkan, tentu akan ada pengawasan dan penindakan oleh pemerintah, untuk menegakkan aturan agar dipatuhi oleh warga, sekaligus memberikan efek jera.

Menurut dia, dengan diterbitkannya aturan khusus pelarangan satwa langka untuk dibantai dan dikonsumsi di pasar-pasar tradisional Manado, tentu akan memberikan rasa takut bagi oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang berniat melakukannya.

Memang, kata Vicky, bukanlah hal yang mudah untuk melakukannya, karena kebiasan yang mengakar di kalangan masyarakat Sulawesi Utara --yang suka menyantap semua jenis hewan termasuk yang berkaki empat-- tetapi pemerintah Manado akan berusaha untuk melindungi hewan langka.

Namun dia mengatakan di Manado masih jarang ditemukan ada hewan langka yang dijual untuk dikonsumsi, tetapi bukan berarti tidak ada, sehingga akan terbitnya Perwal akan menjadi pengatur oknum tak bertanggungjawab yang berniat melakukannya.

"Apalagi ada nelayan yang belum mengetahui dengan jelas, adanya jenis penyu laut langka yang sama sekali tidak boleh dibantai atau dijual, maka Perwal tersebut akan menjadi alat edukasi bagi masyarakat Manado," tegasnya.

Vicky berharap nanti, setelah Perwal terbit, akan menjadi salah satu alat untuk melindungi satwa langka seperti penyu, dari kepunahan dan pembantaian manusia, karena ketidaktahuan mereka. 

Pewarta: Joyce Bukarakombang
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015