Jakarta (ANTARA) - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengatakan agar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tumbuh tinggi (rebound), Indonesia perlu meningkatkan devisa hasil ekspor yang bisa diimplementasikan untuk beberapa sektor.
Direktur Eksekutif Indef Esther Sri Astuti saat dihubungi di Jakarta, Senin, menyatakan pemerintah bisa meningkatkan pendapatan dari hasil penjualan barang ke luar negeri itu untuk sektor perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan, mineral, batubara dan minyak bumi.
Selanjutnya, pemerintah dapat meningkatkan keuntungan hasil transaksi jasa di sektor pariwisata, serta pungutan tenaga kerja Indonesia di luar negeri dengan gaji tinggi (white collar).
Menurut dia, hal ini dilakukan supaya suplai mata uang asing, khususnya dolar Amerika Serikat (AS) banyak dimiliki oleh Indonesia. Sehingga investor kembali menyimpan dananya di pasar modal.
Namun, Esther berpendapat kembali pulihnya IHSG memerlukan waktu jangka panjang.
"Jangka panjang akan pulih, syaratnya perbanyak suplai dolar AS. Caranya dengan meningkatkan devisa lewat ekspor, pariwisata dan tenaga kerja Indonesia di luar atau white collar," kata dia.
Lebih lanjut, ia menuturkan penyebab IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin pagi dibuka melemah 22,03 poin atau 0,35 persen ke posisi 6.236,15, serta kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 5,79 poin atau 0,84 persen ke posisi 686,23, merupakan sinyal penurunan kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan yang dibuat.
Sebelumnya, Pengamat sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana menyampaikan potensi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk rebound masih ada, apabila investor mendapatkan sinyal positif dari kebijakan ekonomi dan stabilitas politik Indonesia.
Pada perdagangan sesi I, Senin, IHSG mengalami tekanan dengan koreksi 143,96 poin atau 2,30 persen ke posisi 6.114,22.
Investor akan sangat memperhatikan langkah-langkah pemerintah dan sektor swasta dalam menghadapi tantangan yang ada, agar kepercayaan pasar dapat kembali pulih," ujar Hendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan penurunan IHSG mencerminkan adanya ketidakpastian yang terjadi di pasar modal Indonesia, yang dipengaruhi oleh beragam faktor dari tingkat domestik maupun global.
Baca juga: IHSG ditutup melemah di tengah pasar 'wait and see' data ekonomi AS
Baca juga: Airlangga sebut koreksi IHSG lebih dipengaruhi dinamika pasar
Baca juga: Ekonom Indef: IHSG membaik bila ada kepercayaan dari investor
Baca juga: Pengamat: IHSG rebound jika ada sinyal positif kebijakan ekonomi RI
Baca juga: Analis: Kebijakan Danantara dan RUPST Himbara bisa tentukan arah IHSG
Baca juga: IHSG diprediksi mendatar di tengah "wait and see" data ekonomi global
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025