Jakarta (ANTARA) - Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Pambudi menegaskan bahwa penanggulangan penyakit Tuberkulosis (TBC) perlu pendekatan holistik mempertimbangkan aspek fisik dan kejiwaan.
"Penderita TBC tidak hanya berjuang melawan penyakit fisik, tetapi juga harus menghadapi beban mental yang besar. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan kesehatan jiwa mereka sebagai bagian dari penanganan yang holistik," kata Imran dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Imran mengungkapkan, TBC tidak hanya memengaruhi tubuh tetapi juga berdampak psikologis yang signifikan.
Penelitian menunjukkan bahwa banyak pasien TBC mengalami gangguan mental seperti kecemasan dan depresi, yang sering kali diperburuk oleh stigma sosial, durasi pengobatan yang panjang, serta tekanan ekonomi.
Baca juga: Dinkes Kalbar percepat penanggulangan TBC dengan monev program
Data menunjukkan bahwa sekitar 42 persen pasien TBC di Indonesia mengalami depresi, dan tingkat kecemasan mereka juga tinggi.
Menurut dia, faktor-faktor tersebut dapat memperburuk kondisi mental mereka, yang pada akhirnya memengaruhi proses penyembuhan.
"Stigma yang ada di masyarakat membuat banyak pasien merasa terisolasi dan tidak didukung oleh lingkungan sekitar. Banyak yang memilih untuk menyembunyikan karena takut dikucilkan," ujarnya.
Baca juga: Pemkab Natuna susun SK tim percepatan penanggulangan TBC
Sebagai respons terhadap hal ini, Imran menekankan pentingnya mengintegrasikan dukungan kesehatan jiwa dalam penanganan TBC.
Skrining rutin untuk gangguan mental, dukungan psikososial, serta pelatihan tenaga kesehatan untuk mengenali masalah kesehatan mental menjadi sejumlah langkah yang diusulkan dalam upaya mengatasi dampak psikologis dari TBC.
Selain itu, perhatian terhadap tekanan finansial pasien juga menjadi salah satu aspek yang tidak boleh diabaikan.
Baca juga: Pemprov Maluku maksimalkan upaya penanggulangan TBC
Banyak pasien TBC, terutama yang tinggal di daerah terpencil atau dalam kondisi ekonomi yang sulit, mengalami kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan yang mereka butuhkan.
Ia menilai, dukungan finansial atau program pemberdayaan ekonomi dapat meringankan beban yang dihadapi.
"Pendekatan ini akan memastikan bahwa pasien tidak hanya sembuh secara fisik, tetapi juga dapat mengatasi tantangan psikologis mereka," ujar Imran.
Baca juga: Jakpus bentuk kampung siaga TBC yang dimulai dari satu kelurahan
Melalui tema "GIATKAN: Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis dengan Komitmen dan Aksi Nyata" dalam rangka Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia, Imran menyebut TBC harus ditangani dengan pendekatan yang lebih inklusif, yang mengintegrasikan perawatan fisik dan mental.
Dengan pendekatan tersebut, masyarakat dan tenaga kesehatan diharapkan dapat berkolaborasi untuk mengurangi stigma sosial, memberikan dukungan psikososial, serta memastikan bahwa pasien TBC mendapatkan perawatan yang komprehensif, baik secara fisik maupun mental.
"Dengan cara ini, Indonesia dapat mengakhiri wabah TBC dengan lebih efektif dan memberikan harapan baru bagi para penderita TBC," katanya.
Baca juga: DKI percepat penanggulangan TBC melalui pembentukan kampung siaga
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025