Jakarta (ANTARA) - Epilepsi masih sering diselimuti berbagai mitos yang keliru dan tidak berdasar. Banyak orang percaya bahwa kejang akibat epilepsi disebabkan oleh hal mistis atau bisa menular hanya dengan berinteraksi. Mitos-mitos ini bukan hanya memperkuat stigma, tetapi juga membuat penderita epilepsi merasa terasing di masyarakat.

Padahal, epilepsi adalah gangguan medis yang bisa dijelaskan secara ilmiah dan dapat dikelola dengan pengobatan yang tepat. Dengan memahami fakta sebenarnya, kita bisa membantu menghapus stigma dan memberikan dukungan yang lebih baik bagi penderita epilepsi.

Baca juga: Mengenal Hari Epilepsi Sedunia yang diperingati setiap 26 Maret

Lalu, apa saja mitos yang masih berkembang di masyarakat dan bagaimana faktanya? berikut penjelasannya.

1. Mitos: Semua kejang disebabkan oleh epilepsi

Faktanya, tidak semua kejang menandakan epilepsi. Beberapa kondisi lain, seperti kadar gula darah rendah atau gangguan jantung, juga bisa menyebabkan kejang. Ada juga psychogenic non-epileptic seizures (PNES) yang disebabkan oleh trauma psikologis, bukan gangguan otak.

2. Mitos: Penderita epilepsi tidak bisa bekerja

Faktanya, banyak penderita epilepsi bisa bekerja dengan baik jika kejang mereka terkendali oleh pengobatan. Beberapa profesi, seperti pilot atau pengemudi kendaraan besar, memang memiliki aturan ketat. Namun, di luar itu, mereka bisa berkarier seperti orang lain.

3. Mitos: Semua penderita epilepsi mengalami kejang hebat

Faktanya, ada lebih dari 40 jenis kejang. Tidak semuanya menyebabkan gerakan tubuh yang ekstrem. Beberapa kejang hanya berupa tatapan kosong atau kebingungan sesaat.

4. Mitos: Epilepsi adalah penyakit seumur hidup

Faktanya, epilepsi tidak selalu bersifat permanen. Dengan pengobatan yang tepat, sekitar 70 persen penderita bisa bebas dari kejang. Beberapa jenis epilepsi pada anak bahkan dapat hilang seiring pertumbuhan.

Baca juga: Epilepsi katamenial pengaruhnya pada kehamilan dan kesuburan

5. Mitos: Epilepsi adalah gangguan mental

Epilepsi sering disalah artikan sebagai gangguan mental karena beberapa gejalanya terlihat seperti perilaku aneh atau tidak biasa. Namun, epilepsi sebenarnya adalah gangguan pada sistem saraf yang disebabkan oleh aktivitas listrik abnormal di otak.

Meski begitu, penderita epilepsi memang memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan mental seperti depresi atau kecemasan. Bukan karena epilepsinya sendiri, tetapi akibat stigma dan tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.

6. Mitos: Harus menahan tubuh orang yang sedang kejang

Faktanya, menahan tubuh seseorang yang kejang justru berbahaya dan dapat menyebabkan cedera. Biarkan kejang berlangsung sambil menjaga area di sekitar mereka tetap aman.

7. Mitos: Memasukkan benda ke mulut saat kejang mencegah lidah tergigit

Faktanya, ini keliru dan berbahaya. Memasukkan benda ke mulut bisa menyebabkan gigi patah, rahang cedera, atau tersedak.

Dengan memahami fakta yang benar, kita bisa membantu mengurangi stigma dan memberikan dukungan yang lebih baik bagi mereka yang hidup dengan epilepsi.

Baca juga: Stress selama kehamilan berkaitan dengan risiko epilepsi pada anak

Baca juga: Stres selama kehamilan berkaitan dengan risiko epilepsi pada anak

Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025