Misi kita adalah untuk mensaintifikasi kebutuhan masyarakat, termasuk di stunting, pangan, energi, dan sebagainya

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan menyambut baik inisiatif upaya penurunan risiko stunting dan pengentasan kemiskinan di Nusa Tenggara Timur (NTT) oleh Konsorsium Perguruan Tinggi (KPT).

Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek Fauzan Adziman melalui keterangan di Jakarta, Rabu, menyampaikan program ini dapat dijadikan percontohan bagi pembentukan konsorsium lainnya.

"Kementerian (Kemdiktisaintek) sedang membangun program pendanaan riset yang cocok untuk konsorsium ini, baik dari aspek pengabdian kepada masyarakat, riset, maupun pendampingan," ujar Fauzan.

Fauzan berharap program ini dapat dilaksanakan secara menyeluruh atau holistik dengan pelaksanaan yang berkelanjutan.

"Kami harap program ini kelak bisa dilanjutkan dan dikembangkan melalui ekosistem lokal. Lalu jika sudah mulai terbentuk, sambil paralel kita juga bisa melihat bagaimana mengimplementasikan model ini di wilayah-wilayah lain," ujarnya.

Baca juga: Konsorsium Perguruan Tinggi dibentuk untuk entaskan stunting di NTT

Terkait hal tersebut, Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Kemdiktisaintek I Ketut Adnyana menyampaikan pihaknya ingin membangun ekosistem yang lengkap untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Mengawali upaya tersebut, Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) selaku penggagas konsorsium ini telah merumuskan Rencana Aksi (renaksi) KPT untuk penurunan risiko stunting dan pengentasan kemiskinan.

"Kami berharap rekan-rekan UB sebagai lead dari proyek ini dapat membentuk roadmap dengan output yang terukur, baik itu kualitatif maupun kuantitatif, dari rencana aksi yang telah dipaparkan. Selain itu, perlu ada pembagian peran dari stakeholder yang terlibat dan follow up terkait sustainability program ini," ucap Ketut.

Adapun Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan menegaskan KPT dibentuk dengan semangat yang sama yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat.

Baca juga: Kemenkes andalkan pencegahan dalam proyek penurunan stunting di NTT

"Misi kita adalah untuk mensaintifikasi kebutuhan masyarakat, termasuk di stunting, pangan, energi, dan sebagainya. Jadi eksekusi program dilakukan dengan pertimbangan ilmu pengetahuan. Harapan besarnya, kita akan menjadi ekosistem atau komunitas yang dapat berkontribusi pada kehidupan masyarakat," kata Wamendiktisaintek Fauzan.

Diketahui, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2023 menyebutkan Provinsi NTT memiliki prevalensi stunting sebesar 37,9 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari rata-rata prevalensi stunting Indonesia sebesar 21,5 persen.

Sebagai bagian dari upaya strategis menurunkan angka prevalensi stunting, Kemdiktisaintek berperan sebagai integrator yang menjembatani berbagai pihak dalam konsorsium, termasuk di dalamnya akademisi, pemerintah, dan sektor industri.

Dengan pendekatan ini konsorsium diharapkan tidak hanya memberikan solusi yang berdampak nyata bagi masyarakat, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui inovasi dan penguatan ekosistem riset yang berkelanjutan.

Baca juga: Kemendukbangga tangani 331 ribu keluarga risiko stunting di NTT

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025