Hal tersebut dapat semakin menunda penurunan suku bunga The Fed dan berpotensi memberikan tekanan baik di pasar kripto maupun saham AS.

Jakarta (ANTARA) - Analis Reku Fahmi Almuttaqin memproyeksikan, laporan inflasi Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis pada 28 Maret mendatang menjadi faktor utama yang menentukan arah pasar ke depan.

Ia menyatakan bahwa inflasi PCE AS diperkirakan masih menunjukkan tekanan yang cukup tinggi, yang berpotensi menunda penurunan suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed.

“Hal tersebut dapat semakin menunda penurunan suku bunga The Fed dan berpotensi memberikan tekanan baik di pasar kripto maupun saham AS. Namun, apabila data inflasi PCE lebih rendah dari ekspektasi, Indeks Dolar AS (DXE) mungkin akan melemah, serta berpotensi meningkatkan minat investor terhadap instrumen berisiko seperti aset kripto dan saham,” ujar Fahmi dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis.

Meskipun pasar saham AS mengalami pelemahan dengan indeks S&P 500 turun lebih dari 1,1 persen dan Nasdaq anjlok lebih dari 2 persen, Bitcoin tetap bertahan di level 87.000 dolar AS.

Penguatan Indeks Dolar AS (DXY) ke level tertinggi dalam tiga minggu terakhir di angka 105,00 juga menjadi faktor yang mempengaruhi pasar.

Minat Investor tradisional AS terhadap Bitcoin masih tinggi di tengah penantian inflasi PCE AS, ETF Bitcoin spot terlihat masih melanjutkan tren aliran dana masuk neto positifnya yang kini telah terjadi selama delapan hari berturut-turut dengan total netflow mencapai hampir 1 miliar dolar AS.

Sementara itu, ETF Ethereum spot masih melanjutkan tren netflow negatifnya yang telah terjadi selama sembilan hari perdagangan berturut-turut.

“Hal ini menyoroti preferensi investor tradisional AS yang masih relatif berfokus pada Bitcoin di tengah situasi yang ada. Kekuatan Bitcoin sebagai instrumen yang berpotensi menjadi inflation-hedge turut menjadi faktor di balik tren tersebut, di samping keputusan Pemerintah AS terkait Bitcoin Strategic Reserve yang turut meningkatkan legitimasi aset kripto tersebut khususnya di kalangan investor pasar modal AS,” katanya pula.

Outlook yang cukup mixed, khususnya dalam jangka pendek ini, berpotensi membuat investor kripto dan saham AS lebih berhati-hati.

“Akan tetapi investor yang memiliki profil cukup agresif mungkin akan memanfaatkan momentum yang ada untuk mendapatkan keuntungan dengan berspekulasi jika inflasi PCE Februari akan lebih baik dari ekspektasi, dengan melakukan pembelian aset ketika harga terkoreksi. Inflasi PCE yang lebih rendah dapat mendorong reli yang ada dan berpotensi membawa Bitcoin kembali ke level harga 90.000 dolar AS,” kata Fahmi pula.

Ia menilai bagi investor yang cenderung mengutamakan fundamental suatu aset, dapat berinvestasi di aset crypto yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar ataupun di saham AS dengan performa terbaik.

"Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue chip dan ETF dengan performa terbaik dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi. Terlebih, fitur Packs yang dilengkapi dengan sistem rebalancing akan membantu investor menyesuaikan alokasi investasinya sesuai dengan kondisi pasar secara otomatis,” ujarnya pula.

Baca juga: Analis nilai sikap The Fed beri sinyal positif bagi investor kripto

Baca juga: Keputusan FOMC dinilai berdampak positif pada pasar aset kripto

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2025