Jakarta (ANTARA) - Rawon merupakan salah satu kuliner legendaris dari Jawa Timur yang memiliki sejarah panjang dalam khazanah kuliner Indonesia. Hidangan ini telah dikenal sejak lama dan tetap populer hingga kini, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kuliner daerah tersebut.

Salah satu ciri khas rawon terletak pada kuahnya yang berwarna hitam pekat. Warna ini berasal dari penggunaan bumbu khas bernama kluwek, yang memberikan cita rasa unik dan aroma khas pada hidangan tersebut.

Lantas, bagaimana asal-usul sejarahnya? Simak ulasannya berikut ini.

Baca juga: Sate dan rawon jadi andalan Indonesia di pameran Riyadh Season

Asal usul dan sejarah Rawon

Keberadaan rawon dapat ditelusuri hingga lebih dari 1.000 tahun yang lalu. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa hidangan ini telah disebutkan dalam Prasasti Taji yang ditemukan di Ponorogo, Jawa Timur.

Prasasti tersebut berasal dari tahun 901 Masehi dan mencatat istilah "rarawwan", yang diyakini sebagai cikal bakal nama rawon yang dikenal saat ini. Istilah ini menunjukkan bahwa rawon telah menjadi bagian dari budaya kuliner masyarakat sejak zaman kuno.

Pada masa Kerajaan Majapahit, rawon dikenal sebagai hidangan istimewa. Makanan ini sering disajikan dalam berbagai acara kerajaan dan dinikmati oleh para bangsawan.

Catatan mengenai rawon juga ditemukan dalam Serat Wulangan Olah-olah Warna-warni yang ditulis pada tahun 1926. Naskah ini menyebutkan bahwa rawon termasuk salah satu hidangan yang dihidangkan untuk para raja.

Keberadaan rawon yang telah melintasi berbagai zaman menunjukkan bahwa kuliner ini memiliki nilai historis dan budaya yang kuat di Nusantara, khususnya masyarakat Jawa.

Baca juga: RI hidangkan rawon, sukun telur asin, dalam ajang gastrodiplomasi ISF

Komposisi dan cita rasa

Bahan utama rawon adalah potongan daging sapi yang dimasak dalam kuah berwarna hitam. Warna khas kuah ini diperoleh dari kluwek, bumbu khas yang memberikan cita rasa unik dan aroma khas pada hidangan ini.

Selain kluwek, bumbu lain yang digunakan meliputi bawang merah, bawang putih, lengkuas, ketumbar, kemiri, serai, kunyit, cabai, dan garam. Semua bumbu ini dihaluskan dan ditumis hingga harum sebelum dicampurkan ke dalam kaldu rebusan daging.

Secara tradisional, rawon disajikan bersama nasi putih, dilengkapi dengan tauge pendek, telur asin, kerupuk udang, sambal, dan taburan bawang goreng. Setiap pelengkap memberikan tekstur dan rasa yang memperkaya sajian ini.

Perpaduan berbagai elemen dalam rawon menciptakan harmoni rasa yang kaya dan memanjakan lidah penikmatnya. Inilah yang menjadikan rawon sebagai salah satu kuliner khas Jawa Timur yang digemari banyak orang.

Perkembangan dan popularitas Rawon

Seiring waktu, rawon tidak hanya menjadi kebanggaan kuliner masyarakat Jawa Timur, tetapi juga mendapatkan pengakuan di tingkat nasional dan internasional. Keunikan cita rasanya membuat hidangan ini semakin populer di berbagai kalangan.

Pada tahun 2020, situs kuliner TasteAtlas menobatkan rawon sebagai salah satu sup terenak di dunia. Penghargaan ini menunjukkan bahwa rawon mampu bersaing dengan ribuan hidangan dari berbagai negara dan diakui kelezatannya secara global.

Rawon bukan sekadar hidangan, melainkan warisan budaya yang mencerminkan kekayaan tradisi kuliner Indonesia. Dengan sejarah panjang dan cita rasa khasnya, rawon layak dilestarikan dan dibanggakan oleh generasi penerus bangsa.

Baca juga: Chef asal Indonesia perkenalkan rawon lewat lagu di ASEAN Festival

Baca juga: Ridwan Kamil-Suswono: Nama kami "Rido" bukan "Rawon"

Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025