Beijing (ANTARA) - Sembilan mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di China dari berbagai universitas menafsirkan Semangat Bandung sebagai persatuan, persahabatan, dan kerja sama dari sudut pandang generasi baru.
Di tengah gemuruh kereta cepat dan logistik cerdas, mereka secara kolektif melukiskan visi era baru pembangunan komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia di Asia.
Integrasi budaya tidak sekadar lapisan simbolik yang sederhana, tetapi juga benturan alami dari perayaan, seperti FestivalImlek dan tarian Dayak.
Marvell Millensza, mahasiswa Institut Teknologi Beijing sekaligus presiden Perhimpunan Mahasiswa Indonesia China di Beijing, menyatakan bahwa di era baru ini, kerja sama harmonis antara China dan Indonesia tidak bisa hanya bergantung pada inisiatif pemerintah, tetapi juga harus melibatkan partisipasi aktif dari rakyat kedua negara.
Pada 1955, Konferensi Asia Afrika diselenggarakan dengan sukses di Bandung. "Ini adalah pencapaian penting di tengah konteks pada waktu itu, dan sebagai orang Indonesia, saya sangat bangga," ujar Jessica, mahasiswa yang mendalami diplomasi di Universitas Renmin China.
Sebagai Generasi Z, ia menekankan pentingnya mengingat sejarah dan dengan semangat mempromosikan nilai-nilai Bandung.
Jessica menyatakan bahwa semakin dalam hubungan antara China dan Indonesia, keterampilan berbahasa Mandarin telah membuka peluang baru untuk pengembangan kariernya.
"Saat mencari informasi pekerjaan, saya melihat banyak lowongan di Indonesia kini mencantumkan 'kemahiran berbahasa Mandarin' sebagai syarat tambahan," ujarnya.
Dahulu, perusahaan-perusahaan Indonesia lebih banyak mencari karyawan dengan kemampuan bahasa Inggris, tetapi kini, bahasa Mandarin muncul sebagai keterampilan yang berharga, dalam beberapa kasus bahkan menjadi syarat yang tegas.
"Ini menunjukkan bahwa menguasai bahasa Mandarin telah beralih dari sekadar keunggulan menjadi komponen daya saing profesional. Saya berharap dapat memanfaatkan pengalaman dan keterampilan bahasa yang saya peroleh di China untuk menjembatani kerja sama antara Indonesia dan China di bidang ekonomi, budaya, dan pendidikan, sehingga berkontribusi pada pembangunan Indonesia," imbuh Jessica.
Tujuh puluh tahun lalu, Perdana Menteri China Zhou Enlai menanamkan benih-benih persatuan, persahabatan, kerja sama di Bandung. Tujuh puluh tahun kemudian, generasi muda China dan Indonesia menafsirkan makna kontemporer dari Semangat Bandung dengan cara yang beragam, bercita-cita untuk memetik lebih banyak buah teknologi dari kolaborasi mereka.
"Gema sejati dari Bandung tidak terdapat dalam pameran museum, tetapi dalam bab-bab masa depan yang kita tulis bersama," ujar Marvell.
Pewarta: Xinhua
Editor: Martha Herlinawati Simanjuntak
Copyright © ANTARA 2025