Surabaya (ANTARA News) - PT PAL Indonesia (Persero) mulai mengawali proses produksi kapal perang untuk diekspor ke Filipina guna memenuhi pesanan Kementerian Pertahanan negara itu sebanyak dua unit Strategic Sealift Vessel-1 (SSV).

Direktur Utama PT PAL Indonesia (Persero), M Firmansyah, menyatakan, upaya tersebut merupakan prestasi dan tantangan bagi perusahaan galangan kapal itu dalam memproduksi SSV pesanan negara itu. Faktor penyebabnya, armada itu adalah pesanan salah satu produk industri alutsista Matra Laut yang pertama.

"Nilai investasi untuk kedua kapal perang ini mencapai senilai 90 juta dolar Amerika Serikat," katanya, ditemui di Pemotongan Pelat Pertama (First Steel Cutting) SSV, di Surabaya, Kamis.

Produksi itu, jelas dia, dilakukan setelah melampaui seleksi lelang internasional yang ketat dan panjang. Kapal perang itu memiliki ukuran 123 meter dan lebar 21,8 meter.

"Rencananya ada sebanyak 121 kru kapal dengan mengangkut 500 pasukan," ujarnya.

Ia menambahkan, kapal itu memiliki kecepatan maksimal mencapai 16 knot dengan mesin berkapasitas 2 x 2.920 kW.

"Kapal dengan tipe pengangkut itu berkapasitas 10.300 ton dengan draft enam meter," katanya.

Ia mengatakan kapal tersebut juga mampu mengangkut sebanyak empat tank, empat truk, satu mobile hospital, dua jeep, dan dua heli. Secara umum, dengan berbagai pengalaman yang dimiliki dalam membangun beragam jenis dan tipe kapal perang yang telah beroperasi baik digunakan TNI Angkatan Laut, Bea dan Cukai maupun Kepolisian maka kapal itu akan dilengkapi peralatan dan persenjataan lebih canggih.

"Bahkan dapat mengakomodasi kepentingan pemesan baik mengarungi samudera maupun perairan internasional termasuk melakukan koordinasi baik dalam operasi militer dan nonmiliter," katanya.

Sementara itu, Menko Bidang Kemaritiman, Indroyono Soesilo, mengemukakan, SSV itu merupakan pengembangan atas desain dan teknologi dari kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) yang telah diserahkan oleh PAL kepada TNI AL pada tahun 2011.

"Sebanyak dua unit LPD yang telah beroperasi adalah KRI Banda Aceh (593) dan kini aktif melakukan evaluasi korban pesawat AirAsia QZ8501. Ada pula KRI Banjarmasin (592) yang didemonstrasikan ke TNI AL Filipina serta membantu misi pembebasan pembajakan perompak di Somalia dan misi kebudayaan ke berbagai negara," katanya.

Pada kesempatan sama, Kepala Staf TNI AL Filipina, VAdm Jesus C Millan, berharap, proyek yang dilakukan melalui kerja sama dengan PT PAL Indonesia (Persero) itu adalah kontrak untuk melengkapi kapal perang yang sudah ada. Hal tersebut akan membantu Pemerintah Filipina dalam meningkatkan pertahanan keamanannya.

"Kami percaya PT PAL Indonesia (Persero) bisa memenuhi pesanan ini dengan baik mengingat berbagai pengalamannya dalam memproduksi kapal sebelumnya," katanya.

Pewarta: Indra Setiawan
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015